Sunday, April 3, 2016

Filled Under:

Biografi Habib Salim bin Jindan Sang Muhadits Nusantara

Al-Habib Salim bin Jindan Sang Singa Podim - Biografi Habib Salim bin Djindan - Habib Salim bin Ahmad bin Husein Bin Soleh bin Abdullah bin Jindan - Habib Salim bin Jindan Seorang Ahli Hadits/Muhadits Indonesia - Sosok satu ini bisa dikatakan merupakan salah satu ulama terbesar Indonesia, sang singa podium, dan ulama ahli hadits kebanggaan nusantara. Beliau dikenal sebagai salah satu dari tiga serangkai (triumvirat) ulama terbesar nusantara di masanya dalam berdakwah. Adapun tiga serangkai yang dimaksud adalah:
Habib Salim bin Jindan
Habib Salim bin Jindan
  1. Maulana Al-Habib Salim bin Jindan sendiri
  2. Maulana Al-Habib Ali Al-Habsyi Kwitang
  3. Maulana Al-Habib Ali bin Husein Al-Athas, Bungur (Habib Ali Bungur/Habib Ali Cikini).
Kalau Habib Salim bin Jindan dikenal sebagai sosok singa podium yang sangat tegas dan menggebu-gebu dalam berdakwah dan sangat sering mengkritik pemerintah, maka Maulana al-Habib Ali al-Habsyi lebih menekankan kepada masyarakat luas untuk menumbuhkan sikap saling mencintai. Adapun Maulana al-Habib Ali bin Husein al-Athas lebih banyak diam dan tidak terlalu vokal kepada pemerintah.

Nama lengkap beliau adalah Sayyidina Wa Maulana Al-Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin soleh bin Abdullah bin jindan bin abdullah bin umar bin abdullah bin syaikhon bin Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Asy Syeikh Abdurahman As Seggaf bin Muhammad maula Ad Dawilah bin Ali Maul Ad Dark bin Alwi Al Ghuyyur bin al Ustadz Al A’dzom Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad sohib al Murbath bin Ali Khola’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Maula Showma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Ar Rumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidhi bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abi tholib dan bin Fathimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Umat islam nusantara khususnya masyarakat santri mengenal beliau sebagai ulama dan waliyullah besar yang pernah ada di nuswantara ini. Beliau lahir di Surabaya, pada tanggal 18 bulan Rajab tahun 1324 hijriyah, atau bertepatan dengan tanggal tujuh September tahun 1906 masehi. Setelah mendarmabaktikan seluruh hidupnya untuk umat islam di nusantara, beliau wafat di Jakarta pada tanggal 1 juni tahun 1969 masehi, bertepatan dengan 16 Rabiul Awwal tahun 1389 hijriyah.

Sejak kecil habib Salim telah mendapatkan pendidikan agama yang sangat ketat dan penuh kedisiplinan dari keluarganya yang tercinta. Selain itu beliau juga mengenyam pendidikan di madrasah al-Khairiyah, sebuah madrasah yang sangat terkenal di Surabaya di masa itu. Di sana beliau didik oleh seorang waliyullah besar bernama Maulana al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih, seorang ahli hadits dan ahli fiqih kenamaan di masanya. Selain kepada Habib Abdul Qadir, beliau juga menuntut ilmu kepada beberapa ulama besar lainnya, seperti kepada:
  1. Maulana al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Athas, Empang, Bogor.
  2. Maulana al-Habib Muhammad bin Muhammad al-Mukhdlor Bondowoso
  3. Maulana al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, seorang ulama besar asal Gresik, Jawa Timur
  4. Sayyidi Asy-Syaikh Khlil bin Abdul Muthalib, Bangkalan, Madura.
  5. Maulana al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Surabaya
  6. Maulana al-Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad
  7. Maulana al-Habib Alwi bin Abdullah Syahab, Tarim, Hadlramaut, Yaman.
  8. dan lain sebagainya.
Di mata para gurunya, habib Salim bin Jindan dikenal sebagai sosok santri yang sangat cerdas, disiplin, tekun, ulet, dan istiqamah. Karena itu tidak mengherankan apabila di kemudian hari beliau mendapatkan ijazah berbagai bidang ilmu agama dari para gurunya dan menjadi sosok ulama besar yang ahli dalam berbagai bidang, khususnya hadits, sejarah dan termasuk sanad hadits. Dalam menguraikan hadits-hadits beliau senantiasa hafal sanad-sanadnya hingga sampai kepada kanjeng Rasulullah Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Dikatakan bahwa beliau hafal di luar kepala dengan sangat baik puluhan ribu hadits bahkan dikatakan hingga 100 ribu hadits lebih. Karena keahlian beliau yang sangat jarang tandingannya inilah para ulama sepakat menempatkan beliau sebagai seorang muhadits atau ahli hadits dan juga seorang musnid atau ulama yang ahli dalam bidang ilmu sanad hadits.  
Habib Salim bin Jindan
Habib Salim bin Jindan Muda

Dibidang sejarah dan ilmu silsilah, Maulana al-Habib Salim bin Jindan juga dikenal sangat mumpuni. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan beliau menuliskan silsilah raja-raja Belanda dengan sangat tepat. Diceritakan bahwa suatu ketika beliau menulis surat kepada Ratu Belanda yang di dalamnya beliau mencantumkan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini tentu saja membuat ratu belanda tersebut senang dan kagum, karena ia tak menyangka ternyata ada seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Ratu Belanda itu pun kemudian memberikan pujian dan penghargaan kepada beliau. Namun oleh Habib Salim bin Jindan, penghargaan tersebut dibuang begitu saja karena beliau tidak memerlukan penghargaan tersebut dan sebagai bentuk cinta tanah air. 

Sebagai seorang ulama besar, habib Salim bin Jindan tidak pernah sedikitpun merasa sombong dan angkuh. Sebaliknya, beliau merupakan sosok yang tawadhu' dan ta'dzimnya kepada ilmu dan kepada guru sangat besar dan sulit untuk ditandingi. Sebagaimana misalnya suatu ketika beliau berkata, "Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka (para guru. ed). Sungguh dapat aku rasakan bahwa majelis mereka merupakan majelis para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di mana terdapat kekhusyukan, ketenangan, dan karisma yang terpancar dari hati mereka."

Hijrah Ke Jakarta dan Berdakwah di Berbagai Kota

Kebesaran nama Maulana al-Habib Salim bin Jindan semakin bersinar tatkala beliau hijrah di Jakarta. Di Jakarta ini beliau kemudian membuka pengajian umum di kediamannya di Bidaracina yang kini berada di jalan otista, jakarta timur. Dengan pusat dakwah di Jakarta ini, beliau kemudian juga melebarkan sayap dakwahnya ke berbagai daerah di tanah air, misalnya di Tegal, Pekalongan, Bogor, dan berbagai kota besar serta daerah-daerah kecil di tanah air.
Di mata umat islam Indonesia, habib Salim bin Jindan dikenal sebagai seorang ulama yang sangat berwibawa dan terkenal tegas dan keras dalam memerangi kemaksiatan dan kemunkaran. Demikian pula beliau sangat ketat kepada para wanita dan senantiasa menasihati mereka untuk selalu menutup aurat.

Pernah pada suatu ketika, di Palembang pada tahun 1957 masehi, Maulana Habib Salim bin Jindan diminta untuk memberikan tausiyah yang dihadiri oleh Presiden Soekarno. Pada ceramahnya tersebut, beliau dengan tegas dan berani memberikan kritik dan masukan kepada Bung Karno yang dinilainya harus lebih baik dalam menjalankan pemerintahannya. Dalam kesempatan yang cukup menegangkan itu, tiba-tiba seorang kolonel bernama Kolonel Sabur maju ke depan dan meminta Habib Salim turun dari mimbar. Mengetahui hal tersebut habib Salim bin Jindan segera berkata dengan penuh wibawa kepada para hadirin, "Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak ?" Para hadirin pun dengan kompak menjawab, "Teruuuus."

Walau seringkali memberikan kritik keras kepada pemerintah, namun pemerintah sangat mencintai Habib Salim bin Jindan. Bahkan Presiden Soekarno termasuk salah satu murid habib Salim ini dan seringkali memanggil beliau ke istana negara untuk memberikan wejangan dan nasihat berharga untuk kebaikan pemerintahan Indonesia yang baru seumur jagung tersebut. Selain itu beliau juga tercatat sebagai salah satu tokoh yang ikut pada waktu perjanjian Renvil. Beliau turut naik ke atas kapal Belanda bersama para pemimpin Indonesia lainnya. Inilah bukti kecintaan dan loyalitas beliau kepada nusantara ini. Walaupun beliau banyak mengkritik, namun kritikan tersebut datang dari hati yang dipenuhi rasa cinta, yang pada akhirnya ia pun menjadi kritik yang konstruktif, bermanfaat, dan bukan sebaliknya, hanya sebatas kiritkan, hujatan dan tidak dapat memberikan kontribusi apapun.  

Selain kepada pemerintah, Maulana al-Habib Salim bin Jindan juga dengan tegas mengkritik kesesatan Syiah. Pada saat kerajaan Syaih Pahlavi di Iran tumbang dan banyak keluarga Ba 'alawi yang termakan ajaran syiah, beliau dengan berani menulis sebuah kitab yang membongkar kesesatan syiah yang berjudul Ar'Raatul Ghomidhah fi Naqdhi Kalaamir Rafidhah. Berikut ini kutipan dari kitap tersebut:

Habib Salim bin Jindan
Tiga Serangkai
*************************************

Allah SWT berfirman : "alif lammm mimmm. Kitab ( al-qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yg bertaqwa ( QS: 02/1-2)

Alqur'an akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yg bertaqwa dan mendurhakai perintah Alllah bukan kepada kaum rafidhah dan kaum sejenisnya dari Syi'ah, dan sekaligus bagi mereka yg suka melakukan bid'ah. Karena sesungguhnya mereka tidak akan mendapatkan petunjuk. Merekalah orang-orang yg telah ditutup oleh Allah hati, telinga mata mereka. Dan merekalah orang orang yg lalai. Tentu saja, merekalah orang orang yg merugi kelak di akhirat. Maka itu berpegang teguhlah kepada Al-Qur'an.

Sementara bukti untuk berpegang teguh kepada sunnah perilaku para sahabat, tabi'in, imam mujtahid, dan mereka yg mengikuti, yg selalu berpegang teguh kepada perbuatan dan pendapat mereka, adalah doktriin al-Qur'an yg berbunyi : " Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang orang yg bersama dengan dia adalah keras terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan Keridhaan-Nya. Tanda tanda mereka tampak pada muka tempat mereka dari bekas sujud ( QS: 48/29)

Allah berfrman : "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap (QS: 32/16)

Anas bin Malik ra berkata, "Itulah kami para sahabat Anshar". Diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih dan darinya juga dia berkata "Ayat tersebut turun untuk kami, para sahabat Anshar. Kami menunaikan shalah maghrib maka kami tidak kembali kerumah sampai kami menunaikan shalat Isya bersama Rasulullah SAW maka turunlah ayat ini untuk kami".

Seorang ulama berkata " Berdasarkan amal perbuatan itu, seyogyanyalah mengkuti mereka". Allah berfirman : " Orang-orang yg terdahulu yg pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang muhajirin dan Anshar,, serta orang-orang yg mengikuti mereka dengan baik" ( QS:09/101)

dan merekalah kaum tabi'in yg lahir setelah sahabat.

Allah berfirman : "Dan orang- orang yg datang sesudah mereka ( muhajirin dan Anshar ) mereka berdoa " Ya tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yg telah beriman lebih dulu dari kami". (QS: 59/10).

Di mana mereka adalah kaum tabi'it-tabi'in yg hadir pada kurun ketiga. Pada kurun iniilah didapatkan imam empat dan para sahabatnya.

Allah berfirman: "Dan orang-orang yg berkata " ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati ( kami ) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yg bertaqwa" ( QS: 25/74)

Dalam sahih Bukhari bab al-Iqtida', Bukhari berkata tentang firman " Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yg bertaqwa", dia berkata: "yakni imam-imam yg mengikuti orang sebelum kami, seperti Abu Bakar, Umar , sebagaimana diperintahkanuntuk mengikuti mereka dalam sebuah hadits yg diriwayatkan dari Hudzaifah ra, di mana beliau SAW bersabda : " Ikutlah kalian dari sesudahku dengan dua orang ini " yaitu Abu Bakar dan Umar ra ( HR Abu ya'la, Thabrani, dalam al-Kabir, ar-Ruyani, Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah ) . Di mana mereka berkata : "Hadits Hasan Sahih".

Sementara perintah untuk berpegang kepada kelompok agama yg selamat dan meninggalkan yg sesat, adalah firman Allah yg berbunyi : "Dan bahwa ( yg Kami perintahkan ) ini adalah jalan-Ku yg lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan ( yg lain ) , karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu, agar kamu bertaqwa". ( QS: 06/153 )

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabaraniy dan Ibnu Abi Hatim dari Anas bin Malik ra, berkata ; "Rasulullah SAW bersabda : " Bani Israil terpecah kepada 71 kelompok dan bahwa sesungguhnya umatku akan terpecah ke dalam 72 kelompok yg kesemuanya berada dalam neraka, kecuali satu", Mereka bertanya "Wahai Rasulullah, dan siapakah yg satu ini? Beliau SAW bersabda "Ahlus-sunah wal jama'ah"

Kemudian beliau melanjutkan " Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kaliian bercerai berai".

Ibnu Mas'ud ra, ditanya tentang tali Allah, Maka dia berkata " Al-jama'ah ( " Tsabit bin Qulhnah al-Muzanis berkata : "Aku mendengar "Abdullah bin Mas'ud ra, membaca Khutbah : " Wahai manusia, kalian harus tetap berada di atas ketaatan dan jama'ah. Karena sesungguhnya kedua hali itu adalah tali Allah, yg telah diperintahkan dan difatwakan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya dan orang yg datang setelah mereka sampai hari Qiyamat.

Dan beliau mengabarkan kepada mereka , bahwa umat inii terpecah dalam 73 golongan. Yang selamat hanya satu dan selebihnya berada di neraka. Beliau ditanya tentang kelompok yg selamat, maka beliau bersabda " Apa yg aku dan para sahabatku berada di atasnya". Dengan kata lain, aku dan para sahabatku berjalan di atasnya. Maka barang siapa mengikuti sahabatnya dan berpegang teguh dengan pendapat mereka, maka dia berada di jalan Rasulullah SAW.

Dan jika melihat seorang lelaki y mengikuti mereka, berpegang teguh kepada pendapat mereka, perkataan dan perbuatan mereka, atas apa yg mereka berasal dari Rasulullah SAW, maka putuskanlah bahwa dia berada dalam kesempurnaan. Maka jika terdapat salah seorang manusia yg menentang apa apa yg telah disabdakan oleh Rasulullah SAW serta para sahabatnya, maka tetaplah dia sebagai orang yg melakukan bid'ah, orang sesat, yg menggantikan sunnah Rasulullah SAW.

Ibnu Umar ra, berkata " Aku mendengar Nabi kalian bersabda" : " Barangsiapa keluar dari jama'ah sekitar satu jengkal, maka sungguh dia telah meninggalkan tali Islam dari lehernya sampai dia mengembalikannya. Dan barang siapa yg meninggal dunia dan tidak memiliki imam jama'ah, maka sesungguhnya kematiannya adalah laksana kematian orang jahiliyah".

Dan bagaimana kita dapat menyelamatkan dri dan membebaskan diri dengan keluar dari jama'ah, jika kita memisahkan diri dari jama'ah? Dan siapakah Jamaah itu ? mereka adalah kelompok mayoritas dari umat ini. Mereka adalah orang yg paling banyak, yg mengikuti para imam saleh, dari para sahabat, tabi'in, Ketika manusia tercerai berai dan bertentangan. Maka sungguh, kita telah diperintahkan untuk mengikuti mereka, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits : " Jika kamu melihat menusia berada dalam pertentangan, maka hendaklah kalian tetap berada dalam kelompok terbesar. Mereka adalah orang- orang yg menunaikan tugas-tugas Islam, memerintahkan manusia kepada yg ma'ruf, melarang mereka dari yg mungkar dan merekalah orang-orang yg saleh".

Cucu Habib Salim (Habib Jindan bin Novel bin Salim)
Dan karena itulah Allah SWT berfirman :

" Dan berpegang kamu semua kepada tali (agama ) Allah , dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu ( masa jahiliyah ) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu lalu jadilah kamu ( karena nkmat Allah ) orang - orang yg bersaudara". ( QS: 03/103)


**************************************
Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, Maulana al-Habib Salim bin Jindan sangat sering ikut berjuang dan mengobarkan semangat para pejuang. Hal ini menyebabkan para penjajah memandang beliau sebagai batu sandungan yang membahayakan dan harus segera disingkirkan. Karena itulah kemudian beliau ditangkap dan ditahan. Di tahanan beliau mendapatkan berbagai macam siksaan, mulai dari dipukul, ditendang, hingga disetrum. Namun kesemua siksaan yang beliau terima itu beliau hadapi dengan kesabaran dan ketabahan yang sangat kuat. Beliau tidak gentar karena semua yang beliau lakukan adalah demi amar makruf dan nahi munkar. 

Wafatnya Habib Salim bin Jindan

Setelah mendarmabaktikan hidupnya kepada umat dan menjadi pelita penerang di kegelapan spiritual, Maulana al-Habib Salim bin Jindan pun wafat pada tanggal 1 juni 1969 masehi, bertepatan dengan 16 Rabiul Awal tahun 1389 hijriyah. Sang Singa Podium itu wafat dengan meninggalkan ilmu dan cahaya terang benderang. Dikatakan bahwa seluruh habaib dan ulama di Jakarta pernah berguru atau memiliki sanad keilmuan kepada beliau. Selain itu beliau memiliki koleksi kitab sebanyak lebih dari lima belas ribu kitab, dan banyak diantaranya kitab-kitab yang sangat langka dan tidak setiap orang memilikinya. Beliau juga wafat dengan meninggalkan banyak karya tulis. Tidak kurang dari seratus buah kitab yang telah beliau tulis yang berbicara mengenai berbagai disiplin ilmu, mulai dari hadits, tarikh, dan lain sebagainya.
Cucu Habib Salim (Habib Ahmad bin Novel bin Salim)
Pada waktu wafatnya habib Salim, ratusan ribu umat islam bertakziyah untuk memberikan penghormatan terakhir dan doa kesejahteraan kepada beliau. Di sepanjang jalan sekitar empat kilometer para pentakziyah senantiasa mendoakan dan membaca takbir serta tahlil. Saking banyaknya para peziarah, hingga banyak sekali dari mereka yang tidak dapat memasuki tempat pemakaman. 

Setelah kepergian habib Salim bin Jindan, perjuangan dakwahnya diteruskan oleh kedua puteranya yang bernama Maulana al-Habib Shahabuddin dan Maulana al-Habib Novel bin Salim bin Jindan. Setelah kedua putranya tersebut wafat, kemudian diteruskan oleh kedua cucunya yang bernama Maulana al-Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan dan adiknya, Maulana al-Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan. Kedua cucu beliau ini merupakan santri pertama dari pesantren Darul Musthafa, Tarim Hadlramaut, Yaman, yang diasuh oleh Sayyidina Wa Maulana Al-Habib Umar bin Hafidz bin Syaikh Abu Bakar, seorang Muhadits dan ulama terbesar yang tiada tandingannya di masa ini.

Disarikan dari berbagai sumber pilihan

2 komentar:

  1. Memang sungguh luar biasa ya tokoh tokoh islam diatas.

    ReplyDelete
  2. Terharu membacanya ada sedihnya semoga para habib di beri pahala yg melimpah amin ya allah

    ReplyDelete