Thursday, November 24, 2016

Filled Under:

Hukum Air Kencing dan Kotoran Rasulullah

Hukum Air Seni, Darah dan Kotoran Rasulullah - Hukum Kotoran Nabi Muhammad - Hukum Kotoran dan Apa Saja Yang Keluar dari Tubuh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam - Ada sebuah pertanyaan bagus yang sepertinya harus kita kaji dan kita jawab bersama berdasarkan atas pendapat para ulama atau imam-imam besar ahli fiqih. Pertanyaannya cukup menarik, yaitu:

PERTANYAAN:
"Bagaimana hukum air seni, darah ataupun kotoran yang dikeluarkan dari tubuh Rasulullah. Apakah najis ataukah suci ? Untuk menjawab hal ini admin tidak akan menjawabnya dengan menggunakan logika dan pemahaman admin sendiri yang tentunya masih sangat dangkal dan jauh sekali dari kata "ideal" untuk mengeluarkan fatwa atau ijtihad. Karena itu admin akan sepenuhnya mengutip pendapat para ulama dan juga riwayat-riwayat tentang hal ini sehingga pada bagian akhir nantinya kita akan dapat bersama-sama menyimpulkan ataupun mendapatkan jaawaban jelas terkait pertanyaan di atas. 

JAWABAN:

Hukum asal dari air kencing dan kotoran adalah najis. Namun tidak demikian dengan hukum kotoran yang berasal dari dalam tubuh Rasulullah. Seluruh cairan yang keluar dari dalam tubuh beliau maka hukumnya suci. Hal ini berdasarkan pada riwayat dan pendapat para ulama besar berikut ini:



دخل سلمان رضي الله عنه على رسول الله صلى الله عليه وسلم وإذا عبد الله ابن الزبير معه طست يشرب ما فيها , فدخل عبد الله على رسول الله فقال له : فرغت ؟ قال : نعم , قال سلمان : ما ذاك يارسول الله ؟ قال : أعطيته غسالة محاجمى يهريق ما فيها , قال سلمان : ذاك شربه والذي بعثك بالحق , قال : شربته ؟ قال : نعم , قال : لم ؟ قال : أحببت أن يكون دم رسول الله في جوفي , فقام وربت بيده على رأس ابن الزبير , وقال : ويل لك من الناس وويل للناس منك لا تمسك النار إلا قسم اليمين

"Sahabat Salman Radhiyallaahu 'Anhu masuk untuk bertemu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan kebetulan di sana sudah ada Abdullah bin Zubair yang membawa sebuah baskom kemudian meminum isinya. Kemudian Abdullah masuk menemui Rasulullah. Rasulullah pun bertanya, "Sudah selesaikah engkau?" Abdullah bin Zubair menjawab, "Sudah". Salman bertanya, "Apa itu wahai Rasulullah ?" Beliau menjawab, "Aku memberinya wadah berisi darah bekamku untuk dibuang isinya." Salman berkata, "Demi Dzat Yang telah mengutus anda dengan kebenaran, ia telah meminumnya." Rasulullah pun bertanya kepada Abdullah, "Benar engkau telah meminumnya ?" Abdullah menjawab, "Benar." Rasulullah bertanya, "Kenapa (kok diminum-pen) ?" Abdullah menjawab, Aku suka jika darah Rasulullah berada di dalam perutku." Rasulullah seger bangkit berdiri dan mengusap kepala Abdullah Ibn Zubair. Beliau kemudian berkata, "celakalah manusia karena kamu dan celakalah kamu karena mereka. Neraka tidak akan menyentuhmu kecuali sumpah." (Kitb Hilyatul Auliya', Juz: 1, Hal: 330 )





Dan ditanyakan mengenai perkataan seseorang yang berkata,"Shihhatan" atau sejenisnya ketika selesai minum, apakah kebiasaan tab ada dasarnya atau sesuatu bid'ah?

Imam ibn Hajar menjawab: "mungkin kebiasaan tsb memiliki dalil sandarannya yaitu dengan sabda rasulullah shallallahu alaihi wa aallam kepada ummu aiman tatkala ia meminum air seni rasulullah shallallahu alaihi wa sallam," Shihhatan wahai ummu aiman, dirimu tidal akan termakan api neraka. Dan dati segi qiyasnya bahwasanya pendapat yang dipilih oleh mayoritas para ulama besar (para imam) adalah sucinya kotoran2 (fudholat) beliau, dan (bahkan) sesungguhnya air seni beliau merupakan obat penawar bagi segala penyakit

Dikutip dari kitab:

الفتاوي الكبري الفقهية, ج: ٤، ص: ١١٧

Karya Al-Alim Al-'Allaamah wal Bahr al-Fahhaamah Ibn Hajar al-Makki al-Haitamii






Para ulama yang berpendapat akan sucinya darah dan air seni Rasulullah berdalil dengan dua riwayat yang sangat terkenal, yaitu riwayat, "Sesungguhnya abu Thaibah membekam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan meminum darahnya dan beliau tidak mencegah hal tsb". dan riwayat "Sesungguhnya seorang perempuan meminum air seni Rasulullah dan beliau tidak mengingkarinya". Adapun hadist dari Abu Thaibah statusnya dhaif, sedangkn hadis wanita yang meminum air seni Rasulullah statusnya shahih menurut riwayat ad-Daraquthni. Beliau berkata, "Hadist tersebut shahih." Dan hal ini secara qiyas cukup dijadikan sebagai argumen akan kesucian segala sesuatu yang dikeluarkan oleh tubuh Nabi ----- Saya ambil dari kitab Syarah Muhadzab, Juz 1 Halaman 288 karya seorang ulama dan imam besar Al-Imam Abi Zakariya Muhyiddin bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi


جاءت عدة روايات فى أن بعض الصحابة شرب دم الحجامة من النبى صلى الله عليه وسلم ، وبعضهم شرب بوله . جاء فى المواهب اللدنية للقسطلانى "ج 1 ص 285" قوله : وفى هذه الأحاديث دلالة على طهارة بوله ودمه صلى الله عليه وسلم ، قال النووى فى شرح المهذب : واستدل من قال بطهارتهما بالحديثين المعروفين أن أبا طَيْبَةَ الحجام حجمه صلى الله عليه وسلم وشرب دمه ولم ينكر عليه ، وأن امرأة شربت بوله صلى الله عليه وسلم فلم ينكر عليها ، وحديث أبى طيبة ضعيف ، وحديث شرب البول صحيح رواه الدارقطنى وقال :هو حديث صحيح ، وقيل إنه ضعيف كما فى الزرقانى شارح المواهب


Telah datang banyak riwayat yang menjelaskan bahwasanya sebagian sahabat nabi meminum darah hijamah (bekam) dari kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sebagian mereka juga meminum air seni beliau. Telah datang dalam kitab al-Mawahib al-Laduniyah lil Qasthalani, Juz 1 halaman 285 perkataan beliau, "Dan di dalam hadis-hadist ini terdapat dalil atau bukti atas sucinya air seni dan darahnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Al-Imam An-Nawawi telah berkata dalam kitab Syarah Muhadzab:

"Para ulama yang berpendapat akan sucinya darah dan air seni Rasulullah berdalil dengan dua riwayat yang sangat terkenal, yaitu riwayat, "Sesungguhnya abu Thaibah membekam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan meminum darahnya dan beliau tidak mencegah hal tsb". dan riwayat "Sesungguhnya seorang perempuan meminum air seni Rasulullah dan beliau tidak mengingkarinya". Adapun hadist dari Abu Thaibah statusnya dhaif, sedangkn hadis wanita yang meminum air seni Rasulullah statusnya shahih menurut riwayat ad-Daraquthni. Beliau berkata, "Hadist tersebut shahih."Dan dikatakan bahwasanya hadits tersebut dhoif sebagaimana dijelaskan az-Zarqani sang penyarah kitab al-Muhadzab."



PENDAPAT MADZHAB HANAFI DALAM KITAB RADDUL MUKHTAR

Berikut ini pendapat madzhab Hanafi dalam kitab Raddul Mukhtar 'Alaa Raddil Mukhtar Syarh Tanwir al-Abshaar




Pembahasan mengenai Air kencing kanjeng Rasul Muhammad Shllallaahu 'Alaihi wa Sallam (peringatan) Telah menshahihkan sebagian imam Madzhab syafi’iah akan kesucian air kencing kanjeng Rasul Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam dan seluruh kotoran beliau, dan dengan pendapat tersebut Imm Abu Hanifah juga berpendapat sebagaimana di nukil di kitab Al-Mawahib al-Laduniyah 'an Syarhil Bukhori karangan Al-Aini, dan di pertegas (pendapatnya) oleh al-Bayri dalam kitab syarah al-Asybah. Al-Hafidz ibnu Hajar berpendapat : dalil-dalil kesucian (air kencing Nabi) sangat banyak, dan para imam menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari khususiyah kanjeng Rasul Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.

Sebagian ulama menukil dari kitab syarah al-Misykah karya Munala Ali al-Qori, bahwasannya beliau memberikan pendapatnya dengan berkata, "kebanyakan para ulama sahabat kami memilih pendapat  tersebut (kesucian air kencing Rasulullah), kemudian beliau memperpanjang pentahqiqnnya di dalam syarahnya atas kitab Asy-Syamail dalam "Bab perkara yang menyangkut cara beliau alaihi salam memakai minyak wangi."




KESIMPULAN

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya apapun yang keluar dari tubuh nabi baik itu keringat, dahak, air kencing atau cairan lainnya maka semuanya suci. Dengan kata lain, lahir-batin, luar-dalam nya Rasulullah semuanya suci, dan beliau merupakan makhluk paling sempurna dan sebaik-baik hamba serta kekasih Allah ta'ala. Shalluu 'Alan Nabi..



0 komentar:

Post a Comment