Sunday, June 5, 2016

Filled Under:

Biografi dan Kisah Ashif bin Barkhoya

Kisah Ashif bin Barkhoya Sang Tangan Kanan Kanjeng Nabi Sulaiman Alaihis Salaam - Ahli Kitab Ashif bin Barkhoya Waliyullah di Masa Nabi Sulaiman Alaihis Salam - Ashif bin Barkhoya merupakan seorang kepercayaan atau tangan kanan kanjeng nabi Sulaiman Alaihis Salam. Ashif bin Barkhoya merupakan seorang yang beriman dan Waliyullah yang sangat terkenal keshalihannya. Beliau waliyullah yang sangat dekat dengan Allah sehingga Allah membukakan kepadanya suatu rahasia alam gaib. Dialah yang mempunyai kekuatan yang luar biasa yang dengan izin Allah mampu memindahkan singgasana istana ratu Bilqis dalam jarak yang beggiyu jauh dengan waktu yang sangat cepat, yaitu hanya sekejap mata. 
Biografi dan Kisah Ashif bin Barkhoya
Biografi dan Kisah Ashif bin Barkhoya

Kisah tentang Ashif bin Barkhoya dapat kita lihat dalam al-Quran surah an-Naml antara ayat 20 sampai dengan ayat 44 dan kisah tentang beliau barangkali dapat dimulai pada suatu ketika nabi Sulaiman sedang memeriksa seluruh pengikutnya dan ternyata di antara pengikutnya dari kalangan burung ada yang tidak hadir, yaitu burung Hud-hud. Nabi Sulaiman pun dengan nada marah bertanya kepada para hadirin, "Kemanakah perginya burung itu ? Aku akan menyiksanya atau bahkan akan menyembelihnya kecuali dia datang dengan satu alasan yang tepat," Katanya.

Tidak selang lama burung hud-hud pun datang dengan tergesa-gesa. Dalam al-Quran Q.S. An-Naml ayat 22 s.d. 26 dijelaskan bahwa ketika ia sampai kepada nabi Sulaiman ia pun segera memberikan alasan sebagai berikut:

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ [٢٧:٢٢]
إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ [٢٧:٢٣]
وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ [٢٧:٢٤]
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ [٢٧:٢٥]
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ [٢٧:٢٦]


Artinya:

22. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
23. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
24. Aku mendapati Dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,
25. Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
26. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang besar".

Seorang wanita yang dimaksud oleh burung hud-hud adalah ratu Bilqis yang memerintah kerajaan Sabaiyah. Ratu tersebut beserta kaumnya penyembah matahari dan tidak menjadikan islam sebagai agamanya.

Singkat cerita, nabi Sulaiman akhirnya mengirim surat yang berisi ajakan kepada ratu Bilqis untuk masuk islam dan beriman kepada Allah ta'ala. Adapun isi suratnya adalah sebagai berikut:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ [٢٧:٣٠] أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ [٢٧:٣١]
 


"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian Berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".  

Maka pergilah si burung Hud-hud menuju istana Saba' dengan membawa sepucuk surat dari nabi Sulaiman tersebut. 

Setelah ratu Bilqis menerima surat dari nabiyullah Sulaiman, ia segera bermusyawarah dengan para mentri dan bawahanya. Diantara para bawahan yang hadir ada salah seorang yang menyarankan untuk menjawab surat tersebut dengan peperangan mengingat kerajaan Saba' merupakan kerajaan besar yang terkenal memiliki prajurit yang sangat kuat dan memiliki keberanian yang sangat unggul dibanding pasukan lainnya. 

Namun ternyata ratu Bilqis tidak menyetujui saran tersebut. Sang ratu tidak menginginkan adanya pertumpahan darah, sebab bagaimanapun yang namanya peperangan pasti akan memakan korban dari kedua belah pihak seberapapun sedikitnya. Akhirnya diputuskan bahwa sang Ratu akan mengirimkan seorang utusan dengan membawa sebuah hadiah kepada nabiyullah Sulaiman. 

"Akan kita lihat nanti apa yang dibawa kembali oleh utusan kita ini," Kata Ratu Bilqis.

Maka berangkatlah utusan tersebut untuk menghadap nabiyullah Sulaiman dengan membawa hadiah yang sangat banyak sekali. Namun apa yang diharapkan oleh sang ratu ternyata tidak tercapai. Nabiyullah Sulaiman dengan tegas menolak hadiah yang dibawa oleh si utusan ratu bilqis dan bahkan beliau balik mengancam jika dia tidak tunduk kepadanya, maka nabi Sulaiman sendiri akan datang dengan balatentaranya. Maka pulanglah utusan sang ratu tersebut dengan membawa kabar dari nabi Sulaiman. Dan pada waktu itu nabiyullah Sulaiman sudah mempunyai satu rencana yaitu ingin memindahkan singgasana ratu bilqis ke kerajaan Sulaiman. Beliau kemudian bertanya kepada para bawahannya siapakah gerangan yang mampu melakukan dan memenuhi permintaannya tersebut. 

Menyikapi permintaan tersebut, pada saat itu, seorang jin Ifrit dari bangsa Jin menyatakan kesanggupannya untuk memindah istana Ratu Bilqis sebelum nabiyullah Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Namun belum sempat ifrit menunjukkan kemampuan dan kekuatannya untuk membawa singgasana Bilqis, seorang hamba shalih yang tak lain adalah Waliyullah Ashir bin Barkhoya mengajukan kesanggupannya yang melebihi dari kemampuan si ifrit. Sayyidina Ashif mengatakan bahwa ia mampu membawa singgasana tersebut ke hadapan nabiyullah Sulaiman sebelum mata sang nabi berkedip. 

Sungguh benar-benar tidak bisa dipikirkan. Jenis kemampuan dan kekuatan apakah itu sehingga mampu membaawa dan memindahkan sebuah singgasana hanya dalam waktu sekjap mata ? Jawabannya tentu saja semua ini merupakan kehendak dan kuasa Allah yang dengan izin Allah ditampakkan melalui kemampuan Ashif bin Barkhoya. Dan seperti itulah sosok Ashif bin Barkhoya, seorang tangan kanan sekaligus kepercayaan nabiyullah Sulaiman alaihis Salaam. Beliau yang dalam al-Quran disebutkan sebagai orang "yang mempunyai ilmu dari al-kitab (Alladzi 'indahu 'ilmun minal kitab)". Para mufasirin menafsirkan al-kitab yang dimaksud adalah kitab taurat dan zabur. Beliau merupakan seorang hamba dan waliyullah yang shalih yang tingkat kedekatannya dengan Allah seakan-akan tiada batas lagi, yang oleh karenanya Allah telah memberi izin dan telah membukakan pintu rahasia gaib hingga beliau bisa memiliki kekuatan seperti itu. 

Berikut ini ayat-ayat dari surah an-Naml ayat 20 sampai dengan ayat 44 yang secara lengkap menceritakan kisah nabiyullah Sulaiman dan kehebatan Ashif bin Barkhoya:


20. Dan Dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, Apakah Dia Termasuk yang tidak hadir.

21. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar Dia datang kepadaku dengan alasan yang terang".

22. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

23. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

24. Aku mendapati Dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

25. Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

26. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang besar".

27. Berkata Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.

28. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan"

29. Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar, Sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

30. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

31. Bahwa janganlah kamu sekalian Berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

32. Berkata Dia (Balqis): "Hai Para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".

33. Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".

34. Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia Jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

35. Dan Sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu".

36. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

37. Kembalilah kepada mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak Kuasa melawannya, dan pasti Kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".

38. Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

39. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".

40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

41. Dia berkata: "Robahlah baginya singgasananya; Maka kita akan melihat Apakah Dia Mengenal ataukah Dia Termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)".

42. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan Kami adalah orang-orang yang berserah diri".

43. Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena Sesungguhnya Dia dahulunya Termasuk orang-orang yang kafir.

44. Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala Dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".

Baca Pula Biografi Penting Lainnya:


  1. Biografi KH. Moenawwir Karpyak Yogyakarta
  2. Biografi Maulana Habib Salim bin Jindan Sang Muhadits Nusantara
  3. Biografi KH. Sholeh Darat: Gurunya Para Ulama Tanah Jawa
  4. Biografi Syaikh Hasan Al-Masyath
  5. Biografi Maulana Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi



0 komentar:

Post a Comment