Friday, January 8, 2016

Filled Under:

Tepatkah Slogan Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah ?

www.majeliswalisongo.com - Tepatkah Slogan Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah ? - Beberapa tahun terakhir kita seringkali mendapati slogan yang terlihat bagus namun dalam kenyataannya melahirkan cara atau sudut pandang yang kurang bagus atau bahkan salah kaprah. Slogan yang saya maksud yaitu "Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah". 

 Tepatkah Slogan Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah ?
Berbicara mengenai slogan ini, seluruh umat islam pasti sepakat apabila kita harus mendasarkan kehidupan kita dengan al-Quran dan as-Sunnah, sebab keduanya merupakan dua pegangan dan pedoman pokok bagi muslim yang ingin menjadikan dirinya pribadi terbaik di dunia dan di akhirat. Slogan kembali kepada al-Quran dan As-Sunnah dengan tujuan dan pemaknaan menjadikan keduanya sebagai pedoman, tentu saja tidak akan ada yang berani menyanggahnya, karena slogan dengan pemaknaan seperti itu baik dan benar. Bahkan sebaliknya, bagi orang yang mengaku beriman namun tidak menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman pokok, maka sudah sepantasnya apabila diragukan keimanan dan keislamannya. 

Namun demikian, apabila kita renungkan secara mendalam dengan melihat berbagai fakta peristiwa yang ada di masyarakat muslim dewasa ini, slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" seringkali dimaknai secara salah oleh sebagian umat islam sendiri. Sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, saya harus mengemukakan fakta tentang kesalahan dalam pemaknaan ini, sebab saya merasa inilah yang menjadi pangkal permasalahan umat islam dewasa ini dalam berislam, sehingga seakan-akan ke-rahmatan lil'alamin-nya islam yang dulu terpancar dengan sangat terang, seakan-akan kini meredup dan bahkan sudah hampir padam. Sebagai contoh, anggapan dari masyarakat dunia yang mengatakan islam sebagai teroris, hanya karena melihat segelintir orang yang mencoba "menyuarakan kebenaran" namun dengan cara yang tidak benar. Adanya orang-orang yang berpaham radikal seperti ISIS yang menggunakan slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" namun pada kenyataannya jauh dari al-Quran dan as-Sunnah. Sekali lagi, saya tidak sedang mengkritik atau mempertanyaakan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman pokok, namun saya sedang mengkritik cara pandang orang yang menggunakan slogan tersebut. 

Penggunaan dan pemahaman yang keliru terhadap slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" bisa sangat mungkin melahirkan paham-paham radikal sebagaimana saya sebutkan di atas. Bisa sangat mungkin melahirkan manusia-manusia yang sombong, angkuh dan merasa benar sendiri karena merasa diri mereka telah menggunakan al-Quran dan as-Sunnah. Hal ini terjadi karena seringkali mereka lupa bahwasanya "Tidak semua orang memiliki kapasitas, kebebasan, dan hak untuk menafsirkan al-Quran dan as-Sunnah. Tidak semua orang paham akan al-Quran dan as-Sunnah karena mereka memang tidak belajar sejak awal untuk memahami keduanya."  Dengan kata lain, slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" menjadi slogan yang bagus digunakan untuk muslim atau ulama yang memang "telah paham akan al-Quran dan as-Sunnah". Sedangkan bagi yang belum paham akan al-Quran dan as-Sunnah, maka seyogyanya mereka diarahkan untuk "mencintai ulama" sebagai pewaris nabi dan sebagai instrumen untuk menjelaskan al-Quran dan as-Sunnah. Karena itu, Slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah dengan pemahaman para ulama sebagai pewaris nabi" kiranya cocok digunakan untuk muslim yang memang belum mampu memahami al-Quran dan as-Sunnah. Dengan demikian setidaknya ada kontrol ketat bahwa tidak setiap orang muslim berhak untuk menafsirkan dan menjelaskan al-Quran dan as-Sunnah.

Selama ini, sebagaimana seringkali kita temui dalam fakta di masyarakat, slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" seringkali dimaknai bahwa setiap muslim punya hak untuk memahami al-Quran sesuai dengan kapasitasnya sendiri-sendiri. Apabila seorang muslim punya masalah maka ia harus segera membuka al-Quran dan as-Sunnah untuk menemukan jawaban atas masalah yang sedang dialaminya. Hal ini kemudian menyebabkan timbulnya orang-orang yang belajar al-Quran dan as-Sunnah secara otodidak dan tidak dengan pengawasan para ulama. Kenyataan seperti ini semakin hari semakin mudah kita temui, di mana banyak sekali yang meninggalkan para ulama dan belajar al-Quran dan as-Sunnah melalui buku-buku, media internet dan media sosial lainnya yang sejatinya hanya merupakan media pendukung dalam belajar dan bukan media utama. 

Ulama-lah yang sejatinya merupakan pewaris para nabi dalam keilmuan, sedangkan kitab, buku, internet, dan lain sebagainya tidak lebih dari media bantu dan pendukung semata. Sebagai pewaris ilmu para nabi, maka sudah seyogyanya kita dalam thalabul 'ilmi khususnya ilmu agama, menjadikan ulama sebagai guru pembimbing pertama dan utama. Peradaban islam yang dulu sangat berjaya, tiada lain karena mereka dekat dengan para ulama, sehingga keilmuan yang mereka dapatkan bisa berkah dan bermanfaat dalam kehidupan. Dengan kata lain, agar kita dapat "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" maka terlebih dahulu yang harus kita lakukan adalah mendekat kepada para ulama dan mendulang ilmu dari mereka. Sebaliknya, apabila kita tidak dekat dengan para ulama, maka berarti terputus dari sanad keilmuan Rasulullah, sehingga kita akan mudah menemukan kesalahan dalam memahami al-Quran dan as-Sunnah.

untuk "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" tidak serta merta dapat kita lakukan sendirian. Kita harus memerlukan pembimbing yang sanad keilmuannya jelas dan sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebab, menafsirkan al-Quran dan as-Sunnah tanpa pembimbing dan hanya menggunakan akal pikiran kita saja, akan membuat kita mudah tersesat, dan itu sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang menafsirkan al-Quran menurut pendapatnya sendiri, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka." (HR. Muslim).

Melalui hadits di atas, Sejak awal kanjeng Rasul Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah khawatir akan munculnya generasi akhir zaman yang dengan sekehendak dan semudah hatinya menafsirkan ayat-ayat al-Quran menggunakan akal dan hawa nafsunya semata. Mereka tidak menyadari bahwasanya yang paling pahm akan firman Allah ta'ala adalah para nabi, dan orang yang paling paham dengan nabi adalah para sahabat, sedangkan orang yang paling paham dengan para sahabat adalah orang yang pernah hidup dan menimba ilmu dengan para sahabat, demikan seterusnya dan seterusnya. Hubungan berantai yang bernama sanad keilmuan inilah yang menyebabkan islam lestari hingga saat ini. Hubungan berantai inilah yang menyebabkan peradaban islam sempat unggul dan berjaya. Karena itu, ketika hubungan berantai ini mulai tidak dijaga, maka keberkahan ilmu akan terangkat, dan manusia banyak melupakan para ulama sebagai tali penyambung berkah ilmu nabi tersebut. Islam tinggal sebuah nama, dan ilmu keislaman tinggal teori semata. Amaliyah bernuansa islami yang menekankan keindahan, kebaikan, kebajikan, kebijakan, dan cahaya rahmat akan meredup dan hilang seiring bergulirnya peradaban manusia, hanya karena "meninggalkan ulama dan memilih kembali kepada al-Quran dan As-Sunnah secara otodidak".
Slogan "Kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah" bisa menjadi rancu dan rawan salah pemahaman apabila tidak diimbangi dengan slogan "Kembali kepada Para ulama Pewaris para nabi". Sebab faktanya, sebagian umat islam kemudian menggunakan slogan ini untuk menyuarakan gerakan anti madzhab yang selama ini mayoritas umat islam melaksanakan syariat islam dengan pemahaman para imam madzhab. Padahal apabila kita pahami secara mendalam, 4 madzhab yang ada selama ini berisi produk hukum islam yang telah dijabarkan dan dijelaskan dengan sangat detail dan sangat gamblang oleh para imam madzhab. Dan para imam madzhab tiada lain merupakan ulama generasi salaf yang harus diikuti, karena keilmuan mereka tidak diragukan lagi kualitas dan kedalamannya, serta masa mereka dengan para nabi sangat dekat daripada masa ulama-ulama sesudah mereka. Sehingga dengan bermadzhab maka sebetulnya kita berislam dengan menggunakan pemahaman para imam yang telah terbukti dan teruji kualitas keilmuan mereka. Kita mengikuti mereka berarti kita mengikuti ilmu Nabi yang mulia.

Ibarat seorang koki atau juru masak, imam madzhab memiliki resep masak yang telah teruji kelezatannya. Resep masak ini kemudian diwariskan dan dipakai sekian lama dan terbukti memang sangat enak untuk setiap zaman sesudahnya. Namun kemudian di zaman belakangan, muncul pemahaman dari segelintir orang yang menolak bahkan membuang resep-resep masak tersebut, karena menganggapnya tidak alamiah. menurut segelintir orang tersebut, resep masak tidak perlu menggunakan bumbu-bumbu karena tidak alamiah. Semua bumbu bumbu itu bid'ah dan karenanya harus ditinggalkan. Akhirnya, orang disuruh makan masakan yang tidak berbumbu, dan tentu saja hasilnya hambar.

Demikian pula dengan mengikuti imam madzhab, maka dengan mengikuti mereka kita akan mendapatkan kenikmatan dalam berislam dan beribadah kepada Allah. Dan dengan mengikuti mereka berarti insya Allah kita akan selamat dari pemahaman yang salah tentang islam. Selama ini umat telah mengikuti para imam madzhab dan memang terbukti bahwa mereka menjadi umat yang unggul peradabannya. Namun kemudian, di belakang hari ada segelintir orang yang tidak sepakat dengan madzhab dan menganggap bahwa bermadzhab berarti melakukan bid'ah dalam islam dan suatu kesalahan serta harus ditinggalkan. Akhirnya, umat diajak untuk memahami al-Quran dan as-Sunnah secara mandiri sehingga keislaman mereka pun hambar, radikal, dan tidak memancarkan cahaya rahmat Allah dan keberkahan ilmu mereka pun diangkat oleh Allah.

Kesimpulan

Apabila kita hendak kembali kepada Al-Quran dan as-Sunnah, maka yang pertama dan utama kita lakukan adalah mencari guru pembimbing yaitu para ulama, agar kita mendapatkan bimbingan dari Allah. Sebab berguru dengan para ulama berarti kita berguru kepada orang yang mempunyai hubungan baik dan dekat dengan Allah, serta mampu memahami firman-firman Allah dan sabda Rasulullah dengan cahaya keilmuan yang terang dan mendalam. Sehingga dengan ini kita akan ikut mendapatkan cahaya keilmuan dan keberkahan dari ilmu itu sendiri dan kita akan dapat menerapkan ilmu tersebut sebaik mungkin. 

Untuk menutup artikel ini, mari kita renungi firman Allah dalam surah an-nahl ayat 43 berikut ini::

"....Bertanyalah kepada Ahli Dzikir (ulama) jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nahl: 43).







 

15 komentar:

  1. Kesimpulannya tepat Mas :) , hemat saya sebab tanpa ada sloganpun bagi muslim sebenarnya memang harus kembali ke al quran dan sunnah apabila sudah lari dari kaidah/pedoman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas..dan yg lebih penting adalah untuk kembali ke al-quran dan as-sunnah, kita memerlukan ulama sebagai pembimbing

      Delete
  2. Slogan kembali kepada Al-Qur'an & Sunnah itu sangat bagus bila diikuti dengan akhlaqulkarimahnya Rosulullah SAW.......Kenyataannya slogan tersebutlah yang dipakai oleh Sayidina Husein RA dalam meluruskan sistem pemerintahan islam Yazid bin Muawiyah....namun apa lacur, Sayidina Husein RA, keluarga dan sahabat serta angkatan perangnya habis dibunuh oleh kelompok yazid dan ibn ziyad di kerbala.........sejarah ini akan berulang-ulang terus sampai hari kiamat....ini pelajaran bagus dari Sayidina Husein agar kita kembali ke ajaran Rosulullah SAW.

    ReplyDelete
  3. Slogan kembali kepada Al-Qur'an & Sunnah itu sangat bagus bila diikuti dengan akhlaqulkarimahnya Rosulullah SAW.......Kenyataannya slogan tersebutlah yang dipakai oleh Sayidina Husein RA dalam meluruskan sistem pemerintahan islam Yazid bin Muawiyah....namun apa lacur, Sayidina Husein RA, keluarga dan sahabat serta angkatan perangnya habis dibunuh oleh kelompok yazid dan ibn ziyad di kerbala.........sejarah ini akan berulang-ulang terus sampai hari kiamat....ini pelajaran bagus dari Sayidina Husein agar kita kembali ke ajaran Rosulullah SAW.

    ReplyDelete
  4. Slogan kembali kepada Al-Qur'an & Sunnah itu sangat bagus bila diikuti dengan akhlaqulkarimahnya Rosulullah SAW.......Kenyataannya slogan tersebutlah yang dipakai oleh Sayidina Husein RA dalam meluruskan sistem pemerintahan islam Yazid bin Muawiyah....namun apa lacur, Sayidina Husein RA, keluarga dan sahabat serta angkatan perangnya habis dibunuh oleh kelompok yazid dan ibn ziyad di kerbala.........sejarah ini akan berulang-ulang terus sampai hari kiamat....ini pelajaran bagus dari Sayidina Husein agar kita kembali ke ajaran Rosulullah SAW.

    ReplyDelete
  5. Slogan kembali kepada Al-Qur'an & Sunnah itu sangat bagus bila diikuti dengan akhlaqulkarimahnya Rosulullah SAW.......Kenyataannya slogan tersebutlah yang dipakai oleh Sayidina Husein RA dalam meluruskan sistem pemerintahan islam Yazid bin Muawiyah....namun apa lacur, Sayidina Husein RA, keluarga dan sahabat serta angkatan perangnya habis dibunuh oleh kelompok yazid dan ibn ziyad di kerbala.........sejarah ini akan berulang-ulang terus sampai hari kiamat....ini pelajaran bagus dari Sayidina Husein agar kita kembali ke ajaran Rosulullah SAW.

    ReplyDelete
    Replies
    1. trimakasih tambahannya pak tengku..semoga bermanfaat...ila hadrati sayyidina husain wa ahli baitihi...alfaatihah

      Delete
  6. kalau Organisasi ISIS mengatakan kita kembali kepada Alquran dan suunah , menurut saya itu adalah OMONG KOSONG...jauh dari inti dan makna AlQUR AN,

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas...ya begitulah, mereka seringkali bersembunyi di belakang slogan dan di belakang bendera

      Delete
  7. mereka para golongan mujahid sesat yg dgn mudahnya berkata kita kembali kepad AlQuran dgn tegas saya menilai itu adalah....NOL BESAR , kenapa demikian? coba telusuri dalam alQuran apa ada dalil yg mengatakan ummat manusia disuruh bermusuhan salng meteror ngebom sana ngebom sisi coba.....coba anda pikirkan

    ReplyDelete
  8. Tuh kembali ke Al-Quran dan sunah rancu banget. Diartikan sendiri tanpa ada gurunya. Mana bisa?? Dan parahnya saat ini banyak yang kaya' gitu. -,-

    ReplyDelete