Dzikir Sebagai Penerang Jiwa - Dzikir kepada Allah bisa diartikan sebagai mengingat Allah dengan penuh kesungguhan. Dzikir tidak hanya merupakan amal lisan, akan tetapi lebih dari itu juga merupakan amal hati. Dzikir yang mampu diamalkan oleh hati, maka hati tersebut akan dipenuhi nur mahabbah kepada Allah, dan melaluinya ia menjadi hati yang hidup, waspada, dan mampu bekerja sebagaimana mestinya.
Dzikir Sebagai Penerang Jiwa |
Kerja hati adalah membangun kedekatan kepada Allah. Dengan kedekatan tersebut hati akan merasakan kenikmatan dan ketenangan luar biasa. Dalam al-Quran secara tegas disebutkan bahwa "Alaa Bidzikrillaahi Tathmainnul Quluub", artinya Dengan mengingat Allah maka hati akan tenang.
Ketenangan hati memang bukanlah tujuan utama dari amaliyah dzikir qalbu ini. Sebab yang menjadi tujuan dari dzikir itu adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Tujuan ini harus bisa dibangun sedari awal kita berdzikir. Tidak bisa kita membelokkan tujuan tersebut hanya untuk mencari kenikmatan semu lain. Sebagai contoh, berdzikir untuk mendapatkan kekayaan, berdzikir untuk meluaskan rizki, berdzikir untuk menghilangkan kesumpekan hidup, dan tujuan lain sebagainya.
Tujuan dzikir haruslah tetap lillaahi ta'ala, sedangkan imbas dari dzikir itu bisa bermacam-macam, salah satunya adalah membuat hati menjadi tenang. namun ini hanyalah sebatas dampak, imbas, atau nilai tambah dari amaliyah dzikir itu sendiri, dan bukanlah tujuan esensial dai dzikir. Karena itu sejak awal kita harus bisa menata niat kita dengan baik. Sebagai contoh, saya niat dzikir lillaahi ta'ala dan bukan karena motif-motif lainnya.
Membangun niat yang tepat sejak awal merupakan hal yang sangat penting, dan karena itu niat menjadi patokan suatu amal berkualitas ataukah tidak. Kualitas amal ditentukan oleh niat, karena niat adalah kesungguhan yang terbangun dalam lubuk hati yang paling dalam. Tanpa membangun keselarasan antara niat dan amal, maka akan sulit untuk menciptakan kesempurnaan dalam ibadah. bahkan untuk membangun suatu harmoni, keselarasan, dan ketepatan dalam amal pun akan sulit, apalagi mencapai kesempurnaan, tentu saja akan mustahil. Oleh karena itu, para ulama menetapkan niat sebagai rukun bagi setiap amaliyah yang dengannya semua amal diawali dan didasari kepadanya.
Dengan demikian, amalan yang baik tidak bisa dilihat dari kuantitas atau seberapa banyak jumlah amal yang telah kita lakukan. Apabila hal ini menjadi patokan, maka iblis akan lebih banyak beramal ibadah daripada kita, sebab iblis jauh sebelum durhaka kepada Allah adalah hamba Allah yang sangat gemar ibadah, jumlah jam ibadahnya sangat banyak, yang mengakibatkan para malaikat terkagum-kagum kepadanya. Namun demikian iblis pada akhirnya menjadi makhluk yang dilaknat Allah karena kesombongannya di hadapan Allah. Ini menunjukkan bahwa kuantitas ibadah tidak dapat menjadi jaminan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, yang dilihat dan diterima oleh Allah adalah ibadah para hamba yang didasari atas niat yang benar, yang dengannya ia menjadi amal yang berkualitas, berbobot, dan mendapatkan penerimaan di hadapan Allah. Semoga bermanfaat
pak ustad mohon ijin share ya ke fanpage fb saya, biar saya dan teman teman belajar lebih mengenal agama.
ReplyDeletesilakan mas walidin smoga bermanfaat
Deletepak Haji makasih atas postinganya
ReplyDeletesaya ijin mendalami
salam kenal pak haji
silakan mas rony...semoga bermanfaat postingan kami ini
Deletekekuatan dzikir sangat luar biasa dan itu sangat besar sekali manfaatnya bagi kehidupan ya kang? makasih kang atas pencerhannya. semoga kita bisa menjadi orang yang selalu berdzikir dan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, amin.
ReplyDeletebenar mas mbah...alaa bidzikrillah tathmainnul quluub :)
DeleteInilah salah satu kenapa Rosul menyuruh kita untuk selalu berdzikir :)
ReplyDeleteterima kasih pak Haji nambah ilmu saya :)
alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub...semoga manfaat :)
Delete