Hukum Mandi Junub dengan Berendam atau Berenang - Hukum Mandi Junub dengan Berendam di Bathtub, Empang, Sungai dan Sebagainya - Hukum Mandi Junub Langsung dengan Berendam menurut Madzhab Imam Syafi'i Radhiyallahu 'Anhu
Pertanyaan:
"Bagaimana hukum mandi junub atau bersuci untuk menghilangkan hadats besar dengan cara berendam atau menyelam di dalam bak pemandian, kolam, empang, sungai dan sebagainya ?"
Jawab:
Dalam kitab Nihayatul Muhtaj, Imam Ramli memberikan penjelasan sebagai berikut:
فَلَوْ انْغَمَسَ جُنُبٌ أَوْ مُحْدِثٌ فِي مَاءٍ قَلِيلٍ ثُمَّ نَوَى ارْتَفَعَ حَدَثُهُ عَنْ جَمِيعِ أَعْضَائِهِ فِي الْأُولَى ، وَفِي الثَّانِيَةِ عَنْ أَعْضَاءِ وُضُوئِهِ ، وَصَارَ الْمَاءُ مُسْتَعْمَلًا بِالنِّسْبَةِ إلَى غَيْرِهِ لَا إلَيْهِ ، فَيَرْتَفِعُ بِهِ حَدَثٌ يَطْرَأُ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ مِنْهُ رَأْسُهُ فِيمَا يَظْهَرُ أَوْ جُنُبٌ فِي مَاءٍ قَلِيلٍ وَنَوَى قَبْلَ تَمَامِ الِانْغِمَاسِ طُهْرَ الْجُزْءِ الْمُلَاقِي لِلْمَاءِ ، وَلَهُ إتْمَامُ غَسْلِهِ بِالِانْغِمَاسِ دُونَ الِاغْتِرَافِ
Artinya:
"Jika ada orang yang junub/berhadats besar atau berhadats kecil menyelam di air yang sedikit (air yang kurang dari 2 qullah) kemudian berniat maka terangkatlah atau hilanglah hadatsnya dari seluruh bagian anggota tubuhnya dalam permasalahan pertama, dan dalam permasalahan yang kedua maka hilanglah hadatsnya dari seluruh anggota wudhu'-nya, dan jadilah status air tersebut sebagai air musta'mal dinisbatkan pada orang lain, bukan dinisbatkan pada diri sendiri. Maka hilang hadats yang baru datang sebelum kepalanya keluar dari air tersebut dalam perkara yang tampak, atau jika orang junub tersebut menyelam ke dalam air yang sedikit dan berniat sebelum ia menyelam dengan sempurna, maka sucilah bagian tubuh yang bertemu dengan air tersebut, dan diperbolehkan baginya untuk menyempurnakan mandinya dengan menyelam (al-inghimas) bukan dengan cara menciduk air (ightirof)."
Dalam kitab Bughyatul Muustarsyidin halaman 27. cetakan Darul Fikr, dijelaskan sebagai berikut:
وَلَوِ انْغَمَسَ جُنُبٌ فِيْ مَاءٍ كَثِيْرٍ أَوْ قَلِيْلٍ وَنَوَى كَفَاهُ وَإِنْ لَّمْ يُدْلِكْ نَعَمْ لَوْ كَانَ عَلىَ اْلأَعْضَاءِ نَحْوُ شَمْعٍ أَوْ وَسَخٍ أَوْ دًهْنٍ جَامِدٍ يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ إِلاَّ بِالدَّلْكِ وَجَبَ كَمَا فِي الْوُضُوْءِ اهـ
Artinya:
"Apabila ada orang yang sedang dalam keadaan junub kemudian menyelam ke dalam air yang banyak atau air yang sedikit volumenya dan kemudian ia berniat untuk menghilangkan hadats besar tersebut, maka hal itu telah mencukupi baginya meskipun tidak menggosok badan. Iya benar, jika pada badannya terdapat, misalnya, lilin, kotoran, minyak jamid yang dapat mencegah sampainya air kecuali dengan cara digosok, maka ia wajib untuk menggosoknya sebagaimana dalam wudhu."
Menurut Al-Mubarakfuri:
وقالوا إن انغمس الجنب في الماء ولم يتوضأ أجزأه يعني الوضوء ليس بواجب في غسل الجنابة وهو قول الشافعي وأحمد وإسحاق وهو قول أبي حنيفة وأصحابه قال الشافعي في الأم فرض الله تعالى الغسل مطلقا لم يذكر فيه شيئا يبدأ به قبل شيء فكيفما جاء به المغتسل أجزأه إذا أتى بغسل جميع بدنه
Artinya:
"Para ulama berpendapat, jika orang junub menyelam ke dalam air dan tidak mengawalinya dengan wudhu terlebih dahulu, maka mandi wajibnya sah, artinya wudhu bukanlah perkara wajib dalam mandi janabat dan itu merupakan pendapat Imam asy-Syafi'i, Ahmad, Ishaq, Abu Hanifah dan para ulama madzhab Hanafiyah. Imam Asy-Syafi'i berpendapat dalam kitab beliau berjudul al-Umm, bahwa Allah ta'ala mewajibkan bagi orang yang junub untuk mandi secara mutlak dan tidak menyebutkan sesuatu yang harus dilakukan untuk mengawalinya maka apapun cara mandi yang dilakukan orang yang mandi junub maka mandinya tersebut sah selama ia membasuh seluruh tubuhnya dengan air."
Kesimpulan
Dari penjelasan para ulama besar ahli fiqih di atas maka kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa menurut madzhab syafi'i, mandi junub dengan cara berendam di bak penampungan air, bak kamar mandi, empang, sungai, kolam dan sebagainya, kemudian dia berniat dalam hatinya untuk mandi junub atau menghilangkan hadats besar, maka hal itu sudah mencukupi baginya untuk melakukan mandi junub, dengan syarat, ia berniat, meratakan air keseluruh tubuh, airnya dalam keadaan suci dan mensucikan, dan tidak ada yang menghalangi sampainya air ke seluruh tubuh baik kulit, rambut, dan sebagainya. Apabila ada yang menghalangi, maka wajib baginya untuk menggosok penghalang tersebut hingga hilang sama sekali. Selanjutnya, air yang telah digunakan tersebut apabila kurang dari dua qullah dihukumi sebagai air musta'mal bagi orang lain.
Baca Pula:
Baca Pula:
Kalau saya biasanya di Kamar Mandi saja Kang..dan alhamdulliah semua itu sudah ada jawabannya di atas..terima kasih Kang Zeer..hee
ReplyDeletesaya juga seringkali begitu...semoga manfaat :)
DeleteSAYA JUga hehee
DeleteDapet masukan lg ttg mandi junub nih, makasih ya :)
ReplyDeletesama-sama :)
DeletePenjelasan yang cukup komplit sekali nih kang, lumayan bisa tambah ilmu tentang mandi Junub :) makasih yaa...
ReplyDeletealhamdulillah, semoga bisa berkontribusi...aamiin
Deletemakasih banyak sharingnya
ReplyDeletesama-sama...semoga manfaat
DeleteMakasih banyak Kang ilmunya. :)
ReplyDeletesama-sama :)
Deletejadi nggak wudu dulu sudah sah ya.. mencerahkan
ReplyDeletebenar mas wong...menurut madzhab syafiiyah sudah mencukupi...yang penting sampai pada seluruh tubuh
Deletealhamdulillah, terimakasih mas atas informasiya terus menerus di blog ini, bisa menambah luas wawasan kami pembaca.
ReplyDeletesama-sama mas sigit...trimakasih atas silaturahminya
DeleteSangat bermanfaat sekali kang. nambah ilmu sambil BW.
ReplyDeleteaamiin aamiin
DeleteJika kolam renangnya ukurannya besar kedalaman lebih dari 2 meter tapi ada orang lain yang kencing di situ gimana? Airnya masih suci kah?
ReplyDeleteKalau kolamnya besar & dalam tapi ada orang yang kencing di kolam bagaimana? Airnya apa masih suci kah?
ReplyDelete