www.majeliswalisongo.com - Penjelasan tentang Hakikat dalam Ilmu Tasawuf - Dalam sebuah syair dijelakan sebagai berikut:
وَ حَقِيْقَةٌ لِوُصُوْلِهِ لِلْمُقْصِدِ * وَ مَشَاهِدٌ نُوْرِ التَّجَلِّي بِاتَّجَلَي
Artinya:
"Hakikat adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya nan gemerlapan, dari makrifatullah yang penuh harapan."
Pengertian Hakikat dalam Ilmu Tasawuf |
Sebuah syair tersebut ada dalam buku karangan Sayyid Abi Bakar bin Muhammad Syatha dalam Misi Suci Para Sufi. Sebuah syair yang menerangkan tentang hakikat yang sesungguhnya adalah merupakan perjalanan tujuan akhir dari dua pengamalan, yaitu syariat dan tarekat. Pada anak tangga ketiga inilah tujuan akhir dari perjalanan ruhani itu ada, yang sudah barang tentu ketika seorang hamba telah mencapai pada tingkat hakikat ini dia akan menemukan tujuan yang didambakan tersebut, yaitu makrifatullah. (Baca pula: Tarekat Mu'tabarah dan Ghairu Mu'tabarah).
Sebagai suatu mata rantai yang tak mungkin bisa dipisahkan, hakikat sebenarnya lebih merupakan hasil perolehan atau prestasi setelah melakukan perjalanan panjang syariat dan tarekat. Siapa saja yang telah menjalani kehidupan syariat dengan baik dan benar kemudian melanjutkan perjalanan melalui jalur yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, maka dia akan mendapatkan satu prestasi, yaitu hakikat.
Pada tingkat hakikat ini seorang hamba akan merasakan akan kebenaran yang sejati dan mutlak, yang masih belum diperolehnya lewat syariat maupun tarekat. Memang ada suatu kebenaran tersebut masih belum mencapai puncaknya. Dan kalau dikaji lebih jauh, sebenarnya dalam syariat itupun ada suatu upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perlu diketahui bahwa kesemua hukum atau aturan yang tertuang dalam syariat itu mempunyai suatu tujuan, yaitu pendekatan kepadaNya. Tetapi upaya dalam syariat ini adalah baru pada tahap pertama, di mana tahap berikutnya harus ditempuh yakni dalam jalan tarekat, yang baru setelah kedua tahap ini dilalui maka akan mencapai pada tingkat hakikat.
Ada sebuah contoh untuk menggambarkan tentang keterkaitan antara tahapan syariat, tarekat, dan hakikat ini, yaitu bisa dicontohkan dalam masalah thaharah atau bersuci. Dalam syariat, suci adalah juga merupakan satu upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam syariat upaya bersuci dimaksudkan untuk mensucikan segi lahiriyah, yaitu suci dari najis dan hadats baik hadats kecil maupun hadats besar. hal ini bisa dilakukan dengan mandi atau mencuci bila yang dimaksudkan adalah suci dari najis. Tetapi untuk menghilangkan hadats bisa dilakukan dengan berwudlu bila yang dimaksud adalah hadats kecil, dan bisa dengan mandi junub bila yang dihilangkan adalah hadast besar. (Baca: Baiat Thariqah dan Silsilah Thariqah).
Dalam tarekat upaya suci atau bersih tidak hanya sebatas itu. Tidak cukup bersih atau suci itu hanya dengan mandi menghilangkan kotoran dan najis, dengan berwudhu atau hanya dengan mandi junub. Dalam tarekat mengupayakan bersih adalah bukan hanya segi lahir, tetapi juga harus segi batin. Makanya upaya suci atau pembersihan dalam tarekat adalah pada sisi dalam, yaitu bersih hati dan hawa nafsu.
Maka setelah seseorang sudah berupaya untuk membersihkan diri dari segi syariat dan segi tarekat, atau sudah dalam keadaan suci luar dalam, lahir dan batin, maka seorang tersebut akan bisa memasuki tingkat hakikat. Dalam hakikat, suci atau bersih tidak hanya sepata apa yang telah diupayakan dalam syariat dan tarekat, tetapi lebih jauh dari keduanya, bersih dan suci yang dimaksud adalah bersihnya hati dari sesuatu yang selain Allah.
Itu adalah sekedar contoh dari keterkaitan dan tingkatan--tingkatan dari yariat yang merupakan pintu pertama, lalu tarekat yang menjadi pintu kedua dan hakikat yang merupakan perolehannya yang ketiga. Pada tingkat puncak hakikat inilah seorang hamba akan bisa merasakan makrifatullah juga bisa musyahadah kepada Allah. Imam Ghazali memberikan gambaran mengenai hal ini sebagai berikut:
فَا لشَّرِيْعَةُ اَنْ تَعْبُدَهُ َو الحَقِيْقَةُ اَنْ تَشْهَدَهُ
"Syariat adalah menyemba kepada Allah sedangkan hakikat adalah melihat kepadaNya."
Imam Qusyairi juga mengemukakan sebagai berikut:
اِنَّ الشَّرِيْعَةَ اَمْرٌ بِالْتِزَامِ العُبُوْدِيَّةِ وَ الحَقِيْقَةَ مُشَاهَدَةُ الرُّبُوْبِيَّةِ
"Syariat adalah urusan tentang kewajiban-kewajiban peribadatan sedangkan hakikat adalah melihat ketuhanan." (Baca: Thariqah sebagai Jalan Menuju dan Mengenal Allah).
saya nyimak dulu ya mas,,.,?
ReplyDeleteilmu agama saya masih di bawah baget mas mesti banyak pembelajaran lagi.,
semoga bermanfaat mbak walaupun sedikit... :)
Deletebetul-betul, saya juga masih kurang paham
Deletesemoga suatu saat bisa paham ...aamiin :)
Deleteamin ya robbal alami :)
DeleteSyareat sj mash blm sempurna ...
DeleteAplgi buat smpe ke tingkatan hakekat ... hehe
Klo macam ustadz, spertinya sdh hmpir mndekati tingkatan hakekat yah ..:)
sama aja mah :D
Deletethaks sudah berbagi ..
ReplyDeletesagat bermamfaat?
sama2...alhamdulillah :)
Deleteiya mb, jangan makasih aja e, kasih kek kodo nya buat pak sutaz :) hahaha
DeleteKok pak sutaz?
Deletewkwkwk..bagus itu, daripada ustd = usap-usap pantad
Deletekalo masalah bersih say pernah dengar tu kang,.?
ReplyDeleteyaitu bersih hati dan hawa nafsu?
emm, tumben pande amat mbak sitynya :) hehehe
Deleteselaku hamba maka syariat yang ada pada dirikita yaitu tentang kepatuhan dan kewajiban kita yang harus kita dirikan ya mas, dikaitkan dengan makrifat itu kita harus mampu mengenal dan mengetahui siapa sang pencipta sesungguhnya dengan mengetahui sifat sifat wajib, apakah demikian kang ?
Deletesuper sekali mbak..
Deletemas mukhlis: demikian kiranya mas...makrifat lebih kepada menyelami hakikat penghambaan kita itu sebenarnya...sehingga kita bisa mencapai titik "sangkan paraning dumadi" kata sufi jawa...hehe
Deletembak aiy: super apa mbak ? super moon atau?...
apa itu sangkan paraning dumadi kang?
Deletekesejatian penciptaan manusia
DeleteSy mw duduk dsini ah, biar keciparatan ilmu dri ustadz dan ustaadzah ... :)
Deleteduduknya jauh gitu.. :D
Deletesaya simak siraman rohani, jadi lebih paham apa itu hakikat
ReplyDeleteulasan makrifatnya ditunggu :)
silakan mas wong...insya Allah mas
DeleteMakasih mas sudah berbagi ilmu hakikat semoga bermanfaat buat pengunjung
ReplyDeletetrimakasih juga atas kunjungannya..semoga manfaat :)
Deleteadem jika pak ustadz sedang bertausiyyah..
ReplyDeletesaya malah kepanasan gini...umek boso jowone :D
DeleteKepansana krn gerogu deket teh tika yah tadz ... :)
Deletehehehehe...bisa aja :D
DeleteMenguasai ilmu syariat aja sudah sekali saya pak ustadz, banyak rintangannya baik dalam konteks proses pembelajaran maupun godaan kesehariannya.
ReplyDeleteSaya bersyukur sekali ada blog ini meski secara langsung tidak bisa bertatap muka, namun ajaran-ajaran nya bisa dipelajari melalui blog, meski saya sendiri baru mengenal agama islam.
semoga kita bisa menjalankan syariat islam dngan sbaik mungkin...aamiin..saling doa mendoakan mas :)
DeleteIjin share ya ustad
ReplyDeleteMakrifat itu utama sebelum menjalankan syareat, jadi selaras dengan sabdanya " Awwaludin ma'rifatullah" bermula agama itu mengenal Allah....di lanjutkan dengan perkataannya sayyidina Ali R.A "yg pertama dan wajib bagi manusia itu mengenal Allah dengan sangat yakin"
ReplyDeleteJadi mau gak mau kita harus mencari ilmu tentang itu dan mencari gurunya, karena dengan dasar ilmu itu ibadah kita tidak sia sia,,,,selaras dengan firman Allah SWT " tidak Kuciptakan manusia dan jin itu kecuali untuk ibadah kepadaku "
Kalo sudah bisa makrifat semua perbuatan itu ibadah
Maaf mas mohon ulasannya dong tentang sabda "awwaluddin ma'rifatullah"maaf krn minimnya ilmu penhetahuan saya,sekali lg mohon ulasannya ya mas,biar saya lebih mengerti,terima kasih
DeleteMas mohon penjelasan tentang awwaluddin ma'rifatullah dong maklun dangkalnya pengetahuan saya,terima kasih sebelumnya...
ReplyDeleteMas gobet mohon ulasannya "awwaluddin ma'rifatullah" biar saya lebih mengerti,terima kasih...
ReplyDeleteMas gobet mohon ulasannya "awwaluddin ma'rifatullah" biar saya lebih mengerti,terima kasih...
ReplyDelete