www.majeliswalisongo.com - Biografi Syaikh Bahauddin An-Naqsyabandi - Thariqah Naqsyabandiyah bisa dikatakan sebagai salah satu tarekat yang paling banyak tersebar di penjuru bumi Indonesia. Hal ini disebabkan karena peranan para ulama ahli thariqah ini yang memang sudah sedari dulu datang, menetap dan menyebarkan ajarannya di Indonesia. Sehingga bisa dikatakan bahwa tarekat naqsyabandiyah termasuk tarekat tua di Indonesia.
Apabila dilihat dari historisitasnya, maka tarekat naqsyabandiyah ini bermula dari Bukhara pada penghujung akhir abad ke empat belas, dengan pendirinya adalah Syaikh Bahauddin Muhammad An-Naqsyabandi yang memiliki nama Syaikh Bahauddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Asy-Syarif Al-Husaini Al-Hasani Al-Uwaysi Al-Bukhari qaddasallaahu sirrahul 'aziiz.
Syaikh Bahauddin sendiri lahir pada tahun 717 Hijriyah, tapatnya tanggal 15 Muharram 717 yang pertepatan pula dengan tahun 1317 masehi, di Qashful Arifan, Bukhara, daerah Uzbekistan saat ini. Beliau terlahir dalam kondisi keluarga yang taat dan kelahirannya disertai dengan kejadian aneh. Di antaranya bahwa sebelum beliau di lahirkan, di desa beliau terdapat bau semerbak wangi. Bau wangi tersebut makin semerbak dan makin kuat seiring dengan dekatnya kelahiran Syaikh Bahauddin.
Suatu ketika, bau harum tersebut tercium oleh seorang waliyullah besar yang bernama Syaikh Muhammad Baba As-Samasi Qaddasallahu Sirrahul 'Aziiz, yang kemudian beliau berkata, "Bau wangi yang kita hirup saat ini sebenarnya datang dari seorang bayi yang sebentar lagi akan lahir di desa ini." Dan ternyata kemudian yang lahir adalah Syaikh Bahauddin An-Naqsyabandi.
Kelahiran Syaikh Bahauddin tentu saja membuat Syaikh Muhammad Baba merasa sangat gembira. Saking gembiranya kemudian beliau berkata, "Ini anakku, dan jadilah saksi bahwa aku menerimanya." Di kemudian hari, Syaikh Bahauddin berguru kepada Syaikh Muhammad Baba dan dalam asuhannya tersebut beliau menjadi seorang murid yang sangat rajin dalam menimba ilmu khususnya ilmu tasawuf. Dikatakan bahwasanya beliau menimba ilmu tasawuf kepada Syaikh Muhammad Baba pada usia 18 tahun. Beliau belajar di Samas hingga wafatnya Syaikh Muhammad Baba As-Samasi. Sebelum wafat, Syaikh Muhammad Baba sempat berwasiat dan mengangkat Syaikh Bahauddin sebagai khalifahnya.
Setelah kewafatan Syaikh Muhammad Baba, Syaikh Bahauddin kemudian pergi ke Samarkhand, kemudian ke Bukhara dan terakhir pulang ke desa tempat di mana ia dilahirkan. Setelah berguru kepada Syaikh Muhammad Baba, Syaikh bahauddin kemudian belajar tasawuf kepada seorang wli qutub yang tinggal di daerah nasyaf bernama Syaikh As-Sayyid Amir Kullal Qaddasallahu Sirrahul Aziiz.
Setelah beberapa waktu menimba ilmu kepada Syaikh As-Sayyid Amir Kullal, Syaikh Bahauddin kembali melanjutkan perjalanan thalabul ilminya kepada Syaikh Arifuddin Karoni selama kurang lebih tujuh tahun. Setelah itu beliau berguru kepada Syaikh Maulana Qatsam selama dua tahun, kepada Syaikh Darwisy Khalil dari Turki selama dua belas tahun.
Sosok Syaikh Bahauddin tumbuh menjadi seorang ulama yang benar-benar fenomenal dalam dunia tasawuf khususnya dunia tarekat. Bagaimana tidak, kebesaran nama beliau telah memancar ke seantero negeri yang membuat sehingga membuat para ulama sesudahnya merasa kagum kepada beliau melalui tarekat Naqsyabandiyahnya. Seorang ulama besar, Imam Rabbani Mujaddid Alf tsani Syaikh Ahmad Faruqi Sirhindi yang merupakan salah satu syaikh dari para masyayikh tarekat Naqsyabandiyah telah berkata sebagai berikut, "Ketahuilah, sesungguhnay tarekat yang paling aqrab, asbaq, aufaq, autsaq, aslam, ahkam, asdaq, Aula, ajal, arfa', akmal, dan ajmal adalah tarekat aliyah Naqsyabandiyah, semoga Allah ta'ala mensucikan ruh-ruh ahli thariqahnya dan mensucikan rahasia-rahasia masyayikhnya. Mereka mendapatkan maqam yang tinggi dengan berpegang dan mengikuti sunnah kanjeng nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjauhkan diri dari bid'ah serta menempuh jalan para sahabat, ridha Allah atas mereka semua. Mereka berhasil mencapai kehadirat limpahan Allah secara berterusan dan syuhud serta mencapai derajat ksempurnaan dan mendahului yang lainnya."
Tarekat Naqsyabandiyah
Dalam tarekat Naqsyabandiyah, terdapat beberapa kaifiyah pengamalan tarekat yaitu sebagai berikut:
- Manakala hendak berdzikir maka terlebih dahulu menghadirkan rupa wajah guru yang lebih dikenal dengan sebutan rabithah
- Mengasingkan diri dengan beramal dan berdzikir selama 40 hari, 20 hari dan 10 hari. Mengasingkan diri ini sering disebut dengan berkhalwat atau bersuluk
- Pada masa bersuluk dilarang makan daging
- Menyebut silsilah thariqat Nqasyabandiyah
- Di dalam berdzikir mereka melakukan dzikir dengan kaifiyah dan cara-cara tertentu.
- Untuk lathifah qalbi dzikir sebanyak 5000 kali
- Untuk lathifatur ruh dzikir sebanyak 1000 kali
- Untuk lathifatussirri sebanyak 1000 kali
- Untuk lathifatul khafi dzikir sebanyak 1000 kali
- Untuk lathifatul Akhfa dzikir sebanyak 1000 kali
- Untuk lathifatun nufus an-nathiqah dzikir sebanyak 1000 kali
- Untuk lathifatu kulli jasad dzikir sebanyak 1000 kali
jujur sebelumnya saya belum pernah baca dan tau biografi tentang Syaikh bahauddin.
ReplyDeleteterimakasih telah berbagi,.,?
sangat bermamfaat
semoga bisa bermanfaat dan memberikan sedikit pengetahuan mengenai sejarah syaikh bahauddin...aamiin.
Deleteاللهم تفتح لنا بفتوح العارفين
ReplyDelete