www.majeliswalisongo.com - Ngaji Kitab Al-Hikam: Terlalu Sibuk Mencari Rezeki Termasuk Tanda Mata Hati Yang Tertutup - Imam Ahmad bin Muhammad Athaillah As-Sakandari telah memberikan nasihat berharga kepada kita terkait masalah rezeki. Berikut ini nasihat beliau:
اِجْتِهَادُكَ فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَ تَقْصِيْرُكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلَي انْطِمَاسِ البَصِيْرَةِ مِنْكَ
Artinya: "Kesungguhan anda dalam mencari rezeki yang telah dijaminkan oleh Allah akan mendapatkannya, dan mengurangi dari apa yang diwajibkan bagi anda, maka hal demikian itu adalah termasuk sifat yang menunjukkan bashirah atau mata hati yang tertutup."
Allah telah menjamin rizki kita |
Penjelasan:
Sesuatu yang telah dijamin oleh Allah kepada seorang hamba adalah rizki. Sesuatu yang diminta pertanggungjawaban oleh Allah adalah rizki juga. Pertanggungjawaban itu tidak lain adalah menempatkan rizki yang telah dianugerahkan Allah kepada para hamba dengan enjadikan harta berfungsi ibadah. Dengan demikian setiap harta kekayaan yang dijamin oleh Allah kepada manusia hendaklah berfungsi benar sebagai barang jaminan yang diberlakukan sebagai ibadah untuk kepentingan yang bermanfaat bagi si pemilik dan bermanfaat pula bagi sesama hamba Allah. Sebab harta yang menjadi jaminan itu akan ditarik kembali oleh Allah apabila harta itu tidak memberikan manfaat bagi agama, sesama hamba, dalam hubungannya dengan keagungan asma' Allah. Jaminan tersebut mengandung arti bahwa Allah merupakan pemilik yang sah dari semua harta yang ada di tangan manusia. Allah akan ridha apabila rizki Allah itu akan menghidupkan syariat, kesejahteraan para hamba Allah, dan tentu Allah akan murka apabila rizki itu jatuh ke tempat maksiat atau disalahgunakan. (Baca: Bolehkah Merencanakan Sesuatu untuk Masa Depan ?)
Selain itu pengertian yang dapat diambil dari perkataan sungguh-sungguh di atas adalah menunjukkan kemampuan yang cukup untuk mendapatkan rizki yang telah ditebarkan Allah di atas muka bumi ini. Kesungguhan untuk mencari dan mendapatkan rizki Allah itu merupakan suatu keharusan, bahkan bisa menjadi wajib apabila rizki itu akan berguna bagi ibadah seorang hamba. dengan kata lain, mencari rizki Allah itu merupakan sunnatullah yang harus dilalui manusia. Jaminan Allah atas rizki manusia, sebagaimana pula Allah telah menjamin rizki bagi seekor anak hewan yang baru lahir dan membiarkannya hidup, karena ALlah telah menyediakan rizki. Demikian pula halnya binatang melata yang baru saja lahir, mampu melangsungkan hidupnya karena ada jaminan dari Allah atas rizki mereka. Allah berfirman dalam al-Quran:
Artinya: "Tiada seekor binatang melata pun di muka bumi ini, melainkan telah dijamin oleh Allah rizkinya....." (Q.S. Hud: 6).
Dalam menuntut rizki di dunia ini, Allah tidak akan memaksa manusia agar mendapatkan harta yang berlimpah ruah. Manusia diberi kesempatan memenuhi kebutuhan hidupnya menurut kemampuan mereka masing-masing.Yang diajarkan oleh islam dalam masalah harta adalah agar manusia tidak bersikap berlebih-lebihan. Karena sikap ini akan membawa kepada ketamakan. Sedangkan ketamakan akan menjerumuskan kepada kerusakan dan aniaya. Sikap rakus dan aniaya itu akan membutakan hati manusia. (Baca: Diantara Tanda-Tanda Orang Yang Menggantungkan Diri Pada Amal).
Orang mukmin ketika mencari rizki dengan sungguh-sungguh selalu memperhatikan pula cara bermuamalah, sikap hati-hati, serta mampu membedakan antara harta yang halal dan harta yang haram. Jaminan yang telah diberikan oleh Allah dalam masalah rizki ini seperti firman Allah dalam al-Quran berikut ini yang artinya adalah: "Perintahlah keluargamu mendirikan shalat dan berlaku tabahlah dalam menghadapi hidup. Tak perlu kamu bertanya soal rizki." (Q.S. Al-Isra': 13).
Karena Allah telah menjamin rizki hamba-hambaNya, maka kesungguhan hamba untuk berikhtiar dan memohon rizki kepada Allah sangat dituntut. Pemberian Allah kepada manusia sesuai dengan ketaatan manusia kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwasanya kedudukan seorang hamba dalam kaitannya dengan rizki yang telah diterima dari Allah, sangat erat kaitannya dengan anugerah yang harus dijaganya. Rizki sebagai pemberian Allah haram untuk disia-siakan, dan wajib untuk dimanfaatkan bagi agama Allah dan sesama hambaNya.
Rizki banyak kaitannya dengan persiapan manusia untuk berjumpa dengan Allah. Rizki selin menjadi bekal hidup di dunia, termasuk pula untuk bekal hidup di akhirat. Apabila harta yang telah dirizkikan kepada manusia dipergunakan untuk kepentingan agama dan amal shalih, seperti menginfakkan dan menzakatkannya. Allah berfirman dalam al-Quran: "Berbekallah kamu, karena sebaik-baik bekal adalah menunjukkan ketakwaanmu kepada Allah." (Q.S. Al-Al-Baqrah: 197).Ketakwaan dalam harta tiada lain adalah memberikan harta itu kepada hamba Allah yang berhak menerimanya. Karena dalam harta setiap muslim itu terkandung hak bagi orang-orang dhuafa. (Baca: Cara Menyikapi Antara Keinginan dengan Takdir Allah).
iya kang,lillahi ta'ala ya kang,
ReplyDeleteiya mas...lillaahi ta'ala.. :)
DeleteIya selalu yakin rejeki sdh dijamin Allah asal kita berupaya mencarinya....Rejeki Allah tdk kaan tertukar..
ReplyDeletebtw
salam kenal kang...tang Link ya
yup benar...semua sudah di atur tinggal kita menjemputnya dengan penuh rasa ikhlas dan tawakal.. :)
Deletetpi klo mencari rizki dg sungguh2 dan tdk meninggal kewajiban ibadah , boleh kn tadz?
ReplyDeleteboleh mas fiu...dari nasihat imam ibnu athaillah di atas yg tidak diperbolehkan adalah terlalu sibuk urusan rizki dan menyangka bahwa rizki tidak akan didapat kecuali dengan terlalu menyibukkan diri sehingga lupa akan tawakal dan ibadah wajb lainnya... salam hangat :)
Deletejadi mengerti
ReplyDeletesemoga bermanfaat mbak astin... salam hangat :)
Deletemudahan saya bisa memanfaatkan harta yang saya dapat dengan baik .aamiin sehinga petanggung jawabannya mudah. aamiin. makasih mas sudah berbagi
ReplyDeleteaamiin aamiin...semoga saja kita mendapatka hisab yang mudah dan bahkan masuk surga bighairi hisab ... aamiin :)
Delete