Monday, February 15, 2016

Filled Under:

Biografi KH. Syarwani Abdan Atau Guru Bangil

Guru Bangil - KH. Muhammad Syarwani Abdan Al-Banjari - Biografi Lengkap KH. Syarwani Abdan Bangil atau Tuan Guru Bangil - "Guru Bangil", demikian masyarakat luas menyebutnya. Nama ulama satu ini bisa dikatakan sangat fenomenal khususnya bagi masyarakat Kalimantan selatan dan Bangil, Jawa Timur. Selain karena dikenal luas dalam kedalaman ilmu, beliau juga dikenal sebagai sosok ulama besar yang sangat tawadhu' dan menjadi teladan hidup bagi umat. Walhasil, banyak umat yang datang kepeada beliau untuk berbagai keperluan, mulai dari bertanya mengenai masalah-masalah keagamaan hingga mengambil berkah atau mengalap berkah dan minta untuk didoakan. Di masa hidup beliau, banyak sekali para ulama yang belajar kepada beliau disebabkan kedalaman dan keluasan ilmu beliau. Tidak hanya di kampung kelahirannya, di Martapura, Kalimantan selatan saja, sumbangsih beliau untuk umat juga sangat besar di kota beliau menetap hingga akhir hayat, yaitu di Bangil, Jawa Timur. Dari sekian banyak murid beliau yang kemudian menjadi waliyullah dan sosok ulama besar yaitu Al-Wali Asy-Syaikh Zaini Abdul Ghani atau Tuan Guru Sekumpul, Martapura. 

KH. Syarwani Abdan lahir di Kampung Melayu Ilir, Martapura, Kalimantan Selatan. Tidak ada catatan resmi mengenai tanggal pasti kelahiran beliau. Hanya, dari beberapa catatan yang ada tertulis bahwa beliau lahir pada sekitar tahun 1334 hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1915 masehi. Nama asli beliau adalah Sayyidi Asy-Syaikh Al-Hajj Muhammad Syarwani Abdan bin Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Abdan bin Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Yusuf bin Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Shaleh Siam bin Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad bin Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Thahir bin Sayyidi Asy-Syaikh Syamsuddin bin Sa'idah bin Sayyidi Asy-Syaikh Muhammar Arsyad Al-Banjari. Ibunya bernama Hajah Mulik. Beliau memiliki tujuh saudara kandung, masing-masing bernama Ali, Intan, Mutiara, Abdur Razak, Husaini, Acil dan Haji Ahmad Ayub. Beliau juga memiliki saudara seayah  diantaranya yaitu Abdul Manan dan haji Muhammad Hasan.

Dirunut dari silsilah maka dengan kata lain bisa dikatakan bahwa beliau masih merupakan keturunan Syaikh Arsyad Al-Banjari, ulama dan waliyullah agung dari tanah banjar. Menurut silsilah, beliau masih merupakan dzuriyah ke delapan dari Syaikh Arsyad dari istri yang kedua, yang bernama Tuan Bidur. Sedangkan Sa'idah yang merupakan moyang dari Guru Bangil adalah anak dari Syaikh Arsyad Al-Banjari ini dengan Tuan Bidur. Dari perkawinannya dengan istri keduanya ini, beliau mendapatkan putra yaitu Saidah, Syaikh Abu Suud, Syaikh Abu Nuaim dan Sayyidi Asy-Syaikh Khalifah Syahabudin. 


Sejak kecil Syaikh Syarwani Abdan telah mendapatkan pendidikan agama yang ketat dari orang tuanya yang juga seorang ulama besar kenamaan. Lingkungan agamis dan pendidikan agama yang sangat kental dalam keseharian Syaikh Syarwani ini tentu saja membuat beliau terbiasa hidup secara disiplin dan islami. Dalam catatan Haji Abu Daudi dalam bukunya "Maulana Syekh Muhammad Arysad Al-banjari: Tuan Guru Besar", Syaikh Syarwani sejak kecil memang telah dikenal secara luas sebagai sosok yang memiliki semangat belajar tinggi khususnya dalam mempelajari ilmu-ilmu keagamaan. Selain dikenal sebagain sosok yang rajin dan tekun, beliau juga menjadi sosok idola para gurunya. Seluruh guru begitu mencintai beliau dan berharap beliau kelak menjadi seorang ulama besar. 

Perjalanan pendidikan Syaikh Syarwani yang berawal dari tangan sang ayah tercinta, kemudian berlanjut di Pesantren Darussalam Martapura. Selain itu juga beliau belajar dari ulama besar yang hidup di masa itu, antara lain kepada:
  1. Sayyidi Asy-Syaikh Ismail Khatib, Dalam Pagar, martapura
  2. Sayyidi Asy-Syaikh Kasyful Anwar bin Ismail
  3. Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Thaha
  4. Sayyidi Asy-Syaikh Tuan Guru Mukhtar Khatib. Menurut cerit, beliau belajar kepada Guru Mukhtar sambil mengayuh jukung atau semacam perahu. 
Tidak hanya di Martapura, tempat kelahiran beliau, di masa mudanya, Syaikh Syarwani kemudian hijriah menuju Bangil, Jawa Timur. Di bangil ini beliau kemudian berguru kepada beberapa ulama besar di kota tersebut, diantaranya kepada Sayyidi Asy-Syaikh KH. Muhdlor, Syaikh Abu Hasan, Syaikh Bajuri dan Syaikh Ahmad Jufri.

Setelah itu, pada usia sekitar enam belas tahun, Syaikh Syarwani melanjutkan perjalanan thalabul ilminya ke Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Beliau berangkat ke sana bersama dengan saudara sepupunya yaitu Sayyidi Asy-Syaikh Anang Sya'rani Arif. Beliau di Makkah berada dalam pengawasan sang paman yang bernama Sayyidi Asy-Syaikh Kasyful Anwar bin Ismail yang juga merupakan guru tercinta beliau yang saat itu memang sedang bermukim di tanah suci.

Di Makkah, Syaikh Syarwani berguru kepada banyak sekali ulama, diantaranya kepada:
  1. Sayyidi Asy-Syaikh Umar Hamdan. Dari beliau, Syaikh Syarwani berkesempatan untuk memperdalam ilmu tasawuf dan beliau juga menerima ijazah thariqah Naqsyabandiyah
  2. Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Amin Kutbi. Darinya, beliau berkesempatan untuk memperdalam ilmu tasawuf dan bahkan beliau menjadi murid kesayangan dan menjadi khalifah Syaikh Muhammad Amin Kutbi untuk daerah Tanah Jawa.
  3. Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Ali bin Abdullah Al-Banjari. Darinya, beliau berkesempatan memperdalam ilmu tasawuf dan mendapatkan ijazah thariqah Sammaniyah
  4. Maulana Al-Habib Ali Al-Maliki, ayah dari Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki
  5. Sayyidi Asy-Syaikh Muhammad Arabi
  6. Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath, maha gurunya para tuan guru di dunia
  7. Sayyidi Asy-Syaikh Bakri Syatha
  8. Sayyidi As-Syaikh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki
  9. Sayyidi Asy-Syaikh Abdullah Bukhari
  10. Sayyidi Asy-Syaikh Saifullah Andagistani
  11. Sayyidi Asy-Syaikh Syafi'ibin Shaleh Al-Qadiri. Darinya, beliau memperdalam ilmu tasawuf dan mendapatkan ijazah thariqah Idrisiyah
  12. Sayyidi Asy-Syaikh Sulaiman Ambon
  13. Sayyidi Syaikh Ahyat Bogori
  14. dan lain sebagainya 
Dilihat dari daftar para gurunya selama menuntut ilmu, maka tidak mengherankan apabila di kemudian hari Syaikh Syarwani tumbuh menjadi sosok yang tawadhu', wara', hafidzul quran, alim, dan mampu menghimpun antara syariat, thariqah, dan hakikat. 

Selama belajar di Mekkah, Syaikh Syarwani benar-benar sangat disiplin dan tekun, hingga ada yang mengibaratkan ketekunan beliau dengan kata-kata, "Siang bercermin kitab dan malam bertongkat pensil". karena itu tidak mengherankan bahwa dalam waktu yang tidak lama beliau bisa menjadi ulama besar yang dikenal masyarakat luas di kota Makah dan sekitarnya dan beliau juga mendapatkan julukan "Dua Mutiara dari Banjar". Sebutan ini diperuntukkan bagi beliau dan saudaranya Sayyidi Asy-Syaikh Anang Sya'rani yang memang sejak awal bersama beliau menimba ilmu ke Makkah. Saking alim dan mendalamnya ilmu keduanya hingga keduanya mendapatkan kepercayaan penuh untuk mengajar selama beberapa tahun di Masjidil haram di bawah bimbingan Sayyidi Asy-Syaikh Sayyid Muhammad Amin Kutbi, guru spiritual keduanya.

Pada tahun 1941, Syaikh Syarwani Abdan atau Guru Bangil kembali ke Kampung Melayu Ilir, Martapura, dan memulai perjalanan dakwah beliau dengan membuka pengajian untuk masyarakat sekitar. Namun, ternyata pada tahun 1946 beliau pindah ke kota Bangil, Jawa Timur, menyusul keluarga beliu yang sudah terlebih dahulu pindah dan menetap di sana. Dan di kota inilah beliau kemudian menikah dengan seorang wanita shalihah bernama hajah Bintang binti KH. Abdul Aziz. Saat menikah, umur beliau sudah lebih dari tiga puluh tahun. Hajah Bintang sendiri masih memiliki hubungan kekerabatan dengan beliau, yang mana masih termasuk anak paman beliau yang berarti sepupuan dengan beliau. Dari perkawinannya ini beliau di kemudian hari memiliki beberapa putra, yaitu KH. Kasyful Anwar, Zarkoni, Abdul Basith, Malihah dan Khalwani.

Setelah Hajah Bintang meninggal dunia, KH. Syarwani Abdan menikah lagi dengan seorang perempuan shalihah bernama Hajah Gusti Maimunah dan dari perkawinannya ini beliau mendapatkan beberapa putra, yaitu Hajah Imil, Noval, Didi, Yuyun dan Mahdi.

Adapun istri beliau yang ketiga bernama Hajah Fauziah. Dari perkawinannya dengan Hajah Fauziah ini beliu mendapatkan beberapa anak, yaitu M. Rusydi, Abdul Haris, dan busra. Menurut keterangan H. Mulkani, keseluruhan jumlah anak KH. Syarwani adalah 28 orang. Dari keseluruhan putra putri beliau yang termasuk paling menonjol adalah KH. Kasyful Anwar, yang dikemudian hari mendapatkan kepercayaan penih untuk mengelola pondok pesantren Datu Kalampayan, Bangil, peninggalan KH. Syarwani Abdan. Disamping itu KH. Kasyful Anwar juga merupakan seorang dosen di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Di Bangil ini KH. Syarwani kemudian membuka pengajian bagi masyarakat luas setelah mendapatkan restu dari seorang ulama sepuh pasuruan bernama KH. Abdul Hamid Pasuruan. Kemudian pada tahun 1970 KH. Syarwani membuka pondok pesantren yang bernama Ponpes Datu Kalampayan. Melalui ponpes ini beliau mendedikasikan seluruh hidupnya bagi perjuangan islam melalui pendidikan. Tak kenal lelah, siang dan malam, beliau senantiasa berjuang dengan penuh rasa tulus dan ikhlas. Sehingga, dari perjuangannya yang agung ini, tercetaklah santri-santri sukses yang di kemudian hari menjadi ulama besar yang mampu melanjutkan perjuangan dakwah beliau membimbing dan menuntut masyarakat luas. Diantara santri beliau yang menonjol, yaitu:
  1. Wali Quthub Tuan Guru Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul, Martaputra, yang dikenal luas sebagai ulama besar dan memiliki majelis besar bernama majelis taklim Ar-Raudhah Sekumpul
  2. KH. Zaini Tarsyid, pengasuh majelis taklim salafus shalih tunggul irang seberang, martaputra. Selain sebagai santri, KH. Zaini ini juga merupakan menantu beliau
  3. KH. Muhammad Syukri Unus, pengasuh majelis taklim Sabilal Anwar al-Mubarak, martapura
  4. Prof. Dr. KH. Ahmad Sjarwani Zuhri, pengasuh ponpes Syaikh Muhammad Arsyad Al-banjari, Balikpapan
  5. KH. Ahmad Bakri atau lebih dikenal dengan tuan guru Bakri, pengasuh ponpes al-MUrsyidul Amin, Gambut
  6. KH. Ibrahim bin KH. Muhammad Aini (Guru Ayan, Rantau
  7. KH. Muhammad Safwan Zahri, pengasuh ponpes sabliut Taqwa, Handil 6, Muara jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
  8. KH. Abrar Dahlan, pengasuh ponpes di Sampit, Kota Waringin Timur, Kalteng
  9. KH. Syafii Luqman, Tulungagung, Jawa Timur
  10. Guru Danau atau KH. Asmuni, pengasuh ponpes Darul Aman, Danau Panggang, Amuntai
  11. Guru Masdar, Balikpapan. Salah seorang murid beliau yang mewarisi dengan baik ilmu bela diri yang beliau ajarkan.
  12. dan lain sebagainya.
Wafat

Setelah mendedikasikan hidupnya untuk perjuangan jihad di jalan Allah melalui pendidikan, akhirnya pada malam selasa, pukul 20.00 WIB, tepatnya tanggal 11 September tahun 1989 masehi, atau 12 Shafar tahun 1410 hijriyah, KH. Syarwani Abdan atau Guru Bangil, menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia kurang lebih 74 tahun. Beliau kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga dan para habaib bermarga al-Haddad, berdekatan dengan makam Habib Muhammad bin Ja'far al-Haddad, di Dawur, Bangil, Jawa Timur, tidak juh dari ponpes Datuk Kalampayan. Setiap tahun makam beliau senantiasa dibanjiri para peziarah, khususnya ribuan umat muslim dari Banjar, Kalimantan, mulai dari masyarakat biasa hingga para petinggi seperti bupati se Kalimantan Selatan dan Gubernur juga turut hadir, untuk acara rutinan ziarah mendoakan beliau di Bangil.

Disarikan dari berbagai sumber



0 komentar:

Post a Comment