Wednesday, January 20, 2016

Filled Under:

Baqi' bin Makhlad: Menjadi Pengemis demi Menuntut Ilmu

www.majeliswalisongo.com - Baqi' bin Makhlad: Menjadi Pengemis demi Menuntut Ilmu - Alkisah, di masa hidupnya Sayyidi As-Syaikh Al-Imam Ahmad bin Hanbal Radhiyallahu 'Anhu, pendiri madzhab Hanbali, ada seorang laki-laki bernama Baqi' bin Makhlad. Laki-laki ini merupakan salah satu murid spesial Imam Ahmad karena ia memiliki kisah perjalanan thalabul 'ilmi yang penuh hikmah. 
Baqi' bin Makhlad, yang saat itu masih berusia 20 tahun, dengan tekad bulat dan niat jihad menuntut ilmu, melakukan perjalanan amat panjang, dari Andalusia (sekarang Spanyol) menuju kota Baghdad (sekarang Iraq) dengan berjalan kaki hanya demi menuntut ilmu kepada seorang ulama besar di masa itu, yaitu Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Dengan penuh keberanian, ia rela melewati gurun pasir yang sangat gersang dan ekstrim, melintasi lautan yang terkadang menunjukkan keganasannya, dan mendaki pegunungan yang tinggi, terjal nan curam. Namun, demi agar bisa menuntut ilmu kepada sang imam, ia rela melakukan semua itu.

Di tengah perjalanannya ke kota Baghdad, Baqi' bin Makhlad mendapatkan kabar tidak baik tentang Imam Ahmad yang tengah dicekal penguasa waktu itu gara-gara beliau bersikukuh pada pendapatnya bahwa al-Quran bukanlah makhluk. Akibatnya, penguasa melarang sang imam untuk mengajar dan membuka majelis ilmu. Beliau dipencara di rumahnya dan tidak boleh beraktifitas di luar rumah. Mengetahui hal tersebut, Baqi' bin Makhlad merasa sangat sedih sekali. Namun, karena telah membulatkan tekadnya, ia tetap saja mengayunkan langkahnya untuk pergi kota Baghdad guna berguru kepada Al-Imam Ahmad bin Hanbal.

Setibadanya di ibuk kota Dinasti Abbasiyah itu, Baqi' bin Makhlad meletakkan perbekalannya dan pergi menuju masjid agung. Ia kemudian pergi mencari rumah Sayyidi Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Setelah ketemu, ia pun segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam kepada si penghuni rumah. Sayyidi Al-Imam Ahmad bin Hanbal yang tahu ada orang mengetuk pintu segera membukakan pintu seraya menjawab salam si tamu tersebut.

"Aku adalah orang yang asing di negeri ini dan ingin mencari ilmu, tidaklah aku melakukan perjalanan mencari ilmu ini kecuali kepadamu," Ujar Baqi'.

Sayyidi Al-Imam Ahmad bin Hanbal lalu bertanya, "Dari manakah asalmu wahai pemuda ?"

"Dari Barat jauh. Aku mengarungi lautan untuk menuju ke sini," Jawab Baqi'.

Sang imam kemudian berkata, "Tempat tinggalmu jauh sekali, dan sebetulnya aku ingin membantumu, tetapi aku sedang dalam tahanan rumah dan tidak boleh mengajarkan sesuatu."

"Wahai Abu Abdillah (kunyah Imam Ahmad), aku adalah orang yang asing, tidak ada satupun dari orang Baghdad yang mengenaliku. Jika engkau mau aku akan datang kepadamu setiap hari sebagai seorang pengemis kemudian aku ketuk pintu rumahmu aku akan minta sedekah, kemudian engkau membacakan kepadaku walaupun satu hadits dalam sehari," Ucap Baqi'.

"Baiklah," ujar Sayyidi Al-Imam Ahmad bin Hanbal. "Engkau boleh seperti itu tetapi dengan syarat tidak menceritakannya kepada para pencari hadits yang lain karena nanti mereka akan iri kepadamu."

************************************************

Kisah di atas memberi pesan kepada kita bahwa sejauh apapun jarak akan ditempuh oleh orang-orang yang haus akan ilmu dan kebenaran

Kanjeng Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).

Ilmu begitu penting dalam kehidupan umat manusia yang hendak mempertebal keimanan. Karena ilmu dan keimanan layaknya dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa ilmu pengetahuan, keimanan kita akan keropos. Pun demikian, tanpa keimanan, ilmu kita laksana kapal terbang tak berpilot, dapat mencelakakan para penumpang. Karena itulah, ketika prinsip belajar sepanjang hidup tidak kita tanamkan dalam keyakinan, kanjeng Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggutnya, akan tetapi mewafatkan para ulama cendekia sehingga tidak lagi tersisa seorang yang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Muttafaq 'Alaih). Wallaahu A'lam. (Lihat Kisah Hikmah Lainnya: Dialog Seorang Sufi dan Sang Proklamator Kemerdekaan RI).

11 komentar:

  1. Tanda2 kiamat adalah ketika ulama semakin sedikit lalu hilang dari muka bumi

    ReplyDelete
  2. luar biasa sekali selalu ada jalan untuk menuntut ilmu. padahal di tengah kecaman ya. ada aja ide

    ReplyDelete
  3. Subhanallah. Zaman gini gak bakal ada yang kaya gitu

    ReplyDelete
  4. Masya Allah, saya baru menemukan blog ini. Saya selalu kagum sama tokoh2 seperti ini. Semoga ngeblognya eksis, ya Kang.

    ReplyDelete
  5. Request Mas, share kisah Sulthanul Aulia Syaikh Abdul Qodir Aljailani mulai dari masa kecil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. insya Allah sudah saya sajikan silakan di buka daftar isinya :)

      Delete