Thariqah Mu'tabarah dan Ghairu Mu'tabarah |
www.majeliswalisongo.com- Thariqah Mu'tabarah dan Ghairu Mu'tabarah - Dalam dunia tasawuf telah dijelaskan bahwasanya ada istilah thariqah yang penjelasannya telah kami jelaskan pada artikel yang telah lalu. (Baca: Pngertian Thariqah Menurut Ilmu Tasawuf).
Dalam dunia thariqah sendiri ada aliran thariqah yang mu'tabarah dan ghairu mu'tabarah. Apa itu aliran thariqah mu'tabarah? Aliran thariqah dikatakan mu'tabarah apabila amalan dalam thariqah tersebut dapat dipertanggungjawabkan baik secara syariat, maupun keilmuannya mutashil sampai kepada Rasulullah saw. Thariqah yang mu'tabarah memadukan antara syariat dan hakikat, dan memiliki silsilah atau mata rantai emas kepada Rasulullah, dan adanya pemberian ijazah dari mursyid yang satu kepada murid atau pengikut thariqah. Adapula penurunan keilmuan yang sering berkaitan dengan proses baiat. (Baca: Baiat dan Silsilah dalam Thariqah).
Sedangkan apabila tidak memenuhi kriteria di atas maka disebut sebagai thariqah yang tidak mu'tabarah atau ghairu mu'tabarah. Selain itu pula, suatu thariqah dikatakan mu'tabarah apabila ajarannya dilandasi dengan al-Quran dan hadist dengan berpedoman pada penjelasan para ulama ahlussunnah dan salafush shalih yang sudah diakui kredibiltas keilmuannya. Dengan demikian, apabila dalam kenyataannya ditemui ada pengikut suatu aliran thariqah yang sebetulnya mu'tabar namun dalam penerapan atau amaliyahnya tidak sesuai dengan al-Quran dan sunnah, maka ia termasuk ke dalam thariqah yang ghairu mu'tabarah. Sebagai contoh si A mengikuti thariqah mu'tabarah Idrisiyah, akan tetapi dalam amaliyahnya ia jauh dari garis panduan thariqah idrisiyah, maka sesungguhnya ia telah berlepas diri dari thariqah idrisiyah dan menapaki jalan thariqah yang tidak mu'tabarah.
Dalam dunia thariqah sendiri ada aliran thariqah yang mu'tabarah dan ghairu mu'tabarah. Apa itu aliran thariqah mu'tabarah? Aliran thariqah dikatakan mu'tabarah apabila amalan dalam thariqah tersebut dapat dipertanggungjawabkan baik secara syariat, maupun keilmuannya mutashil sampai kepada Rasulullah saw. Thariqah yang mu'tabarah memadukan antara syariat dan hakikat, dan memiliki silsilah atau mata rantai emas kepada Rasulullah, dan adanya pemberian ijazah dari mursyid yang satu kepada murid atau pengikut thariqah. Adapula penurunan keilmuan yang sering berkaitan dengan proses baiat. (Baca: Baiat dan Silsilah dalam Thariqah).
Sedangkan apabila tidak memenuhi kriteria di atas maka disebut sebagai thariqah yang tidak mu'tabarah atau ghairu mu'tabarah. Selain itu pula, suatu thariqah dikatakan mu'tabarah apabila ajarannya dilandasi dengan al-Quran dan hadist dengan berpedoman pada penjelasan para ulama ahlussunnah dan salafush shalih yang sudah diakui kredibiltas keilmuannya. Dengan demikian, apabila dalam kenyataannya ditemui ada pengikut suatu aliran thariqah yang sebetulnya mu'tabar namun dalam penerapan atau amaliyahnya tidak sesuai dengan al-Quran dan sunnah, maka ia termasuk ke dalam thariqah yang ghairu mu'tabarah. Sebagai contoh si A mengikuti thariqah mu'tabarah Idrisiyah, akan tetapi dalam amaliyahnya ia jauh dari garis panduan thariqah idrisiyah, maka sesungguhnya ia telah berlepas diri dari thariqah idrisiyah dan menapaki jalan thariqah yang tidak mu'tabarah.
Para penganut aliran thariqah dengan demikian harus memiliki kemampuan dan semangat dalm menjiwai dan mengamalkan al-Quran dan as-Sunnah yang berarti terdapat keselarasan dan kesesuaian antara ajaran esoteris islam dan eksoteriknya.
Menurut Jatman atau Jam'iyyah Ahli Thariqah al-Mu'tabarah An-Nahdliyah, terdapat 44 thariqah yang mu'tabarah, yaitu:
- Naqsyabandiyah
- Qadiriyah
- Syadziliyah
- Umariyyah
- Rifa'iyyah
- Dasuqiyyah
- Ahmadiyyah
- Akbariyyah
- Kubrowardiyyah
- Maulawiyah
- Khalwatiyah
- Suhrowardiyyah
- Bakdasyiyyah
- Jalwatiyyah
- Sa'diyyah
- Rumiyyah
- Sya'baniyyah
- Justiyyah
- Hamzawiyyah
- Kalsyaniyyah
- Usysyaqiiyah
- Bairumiyyah
- Bakriyyah
- Idurusiyyah
- Alawiyyah
- Usmaniyyah
- Zainiyyah
- Abbasiyah
- Isawiyyah
- Haddadiyyah
- Buhuriyyah
- Syathoriyyah
- Kolidiyah
- Bayuniyyah
- Uwaisiyyah
- Malamiyyah
- Idrisiyyah
- Sunbuliyyah
- Mathbuliyyah
- Akabirul Auliyah
- Tijaniyah
- Samaniyah
- Ghaibiyyah
- Ghuzaliyyah
Kaum sufi khususnya yang berada di Indonesia yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama, memandang penting untuk mengklasifikasikan status thariqah ini sebab diantara tujuannya dalah untuk menghindari penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh para pemimpin thariqah dan agar thariqah dapat dipantau perkembangannya. Selain itu juga untuk menghindari adanya penyimpangan dalam penyampaian ajaran tasawuf sebagaiamana yang telah digariskan oleh para pendahulu dari para sufi yang memang benar-benar telah mencapai maqam ma'rifatullah.
Oleh karena itulah kemudian dibentuk sebuah organisasi yang menaungi semua thariqah mu'tabarah yang diberi nama Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah atau JATMAN. Organisasi ini secara de facto berdiri pada bulan rajab tahun 1399 hijriyah atau bertepatan dengan bulan juni 1979 masehi.
Sebetulnya sebelum JATMAN ini dibentuk sudah ada terlebih dahulu organisasi yang menaungi thariqah-thariqah mu'tabarah, yaitu bernama Jam'iyyah thariqah Al-Mu'tabarah yang didirikan oleh para sesepuh nahdlatul ulama antara lain oleh Kyai Haji Abdul Wahab Hasbullah, Kyai Haji Bisri Sansuri, dan lain sebagainya. Adapun rais aam pertama adalah KH. Muslih Abdurrahman dari Mranggen Demak. (Baca: Pengertian Syariah dalam Perspektif Tasawuf).
0 komentar:
Post a Comment