www.majeliswalisongo.com - Al-Hikam: Ketika Doa Tidak Kunjung Dikabulkan Allah - Sebagian muslim mungkin bertanya dalam hati mereka, "Bagaimana seharusnya kita bersikap ketika doa yang kita panjatkan tidak kunjung diterima oleh Allah ? Nah, pertanyaan ini pada kesempatan kali ini akan kita bahas, tentunya dengan merujuk pada nasihat Syaikh Ahmad bin Muhammad Athaillah berikut ini yang merupakan nasihat ke enam dalam kitab al-Hikam. Berikut nasihat beliau:
لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ اَمَدِ العَطَاءِ مَعَ الإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَ فِي الوَقْتِ الَّذِي يُرِيْدُ لَا فِي الوَقْتِ الَّذِي تُرِيْدُ
Artinya: "Belum terkabulnya doa si hamba, setelah berusaha berulang-ulang berdoa dengan penuh harapan, jangan sampai berputus asa karena belum terkabulnya doa kita. Sebab Allah telah memberikan jaminan bagi diterimanya doa setiap hamba Allah menurut pilihan dan ketentuan Allah sendiri, bukan atas pilihan dan kemauan si hamba, atau menurut waktu yang dikehendaki hamba, akan tetapi Allah ta'ala telah menetapkan kapan dan di saat apa doa seorang hamba di terima oleh Nya.
Al-Hikam: Ketika Doa Tidak Kunjung Dikabulkan Allah |
Penjelasan:
Berdoa kepad Allah tidaklah cukup hanya sekali saja, akan tetapi harus berkali-kali. Kita boleh saja berkeluh kesah kepada Allah atas derita-derita kita, boleh pula menyampaikan rasa senang dan gembira dengan penuh syukur atas semua yang telah dikabulkan Allah. Syarat diterimanya suatu doa, apabila dilaksanakan dengan penuh harapan dan tidak mudah berputus asa dari rahmat Allah. Karena jelas tidak semua permohonan yang disampaikan kepada Allah itu langsung dikabulkan. Tidak cepatnya suatu doa itu dikabulkan Allah, bukan berarti Allah menolak doa hambaNya. karena Allah telah memberi jaminan bahwasanya setiap doa akan diterima Allah. Dalam Al-Quran Allah berfirman sebagai berikut:
"Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan doamu." (Q.S. Al-Baqarah: 172). (Baca Pula: Ngaji Al-Hikam: Jangan Terlalu Sibuk Mencari Rizki).
Allah merupakan Tuhan Yang Maha Mengetahui akan kondisi hamba-hambaNya. Kapan dan bilamana Allah mengabulkan permohonan si hamba. Namun demikian, terkabulnya doa tidaklah terikat dengan kemauan si hamba akan tetapi lebih terikat dengan kehendak dan rencana Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran berikut ini, "Apabila hamba-hambaKu menanyakan tentang Aku, sesungguhnya Aku ini dekat. Aku akan menjawab pertanyaan orang yang memohon kepadaKu apabila ia berdoa." (Q.S. Al-Baqarah: 172).
Sahabat Jabir radhiyallaahu 'anhu meriwayatkan, sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda, "tiada seorang hamba yang meminta dengan suatu permohonan, melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta, jika ia menahan diri dari suatu perbuatan maksiat, Allah akan menyelamatkannya dari bahaya, atau diampuni dosa-dosanya. Selama si hamba tidak berdoa kepada perbuatan atau amal yang mendekatkan diri kepada dosa atau berdoa agar terputus dari persaudaraan dengan karib kerabatnya."
Syarat diterimanya doa, diantaranya sebagai berikut:
- Berdoa dengan penuh harap, dan dengan hati tulus ikhlas
- Bersih dari noda dosa yang menempel pada diri kita yang tentunya hal itu dapat memperhambat terkabulnya doa
- Memulai doa dengan hamdalah, mengucapkan sifat-sifat Allah dalam asmaul husna, dan ditutup dengan mengucapkan kalimat "Subhana Rabbika Rabbil 'Izzati 'Ammaa Yashifuun Wa Salaamun 'Alal Mursaliin Wal Hamdulillaahi Rabbil 'Aalamiin".
- Penuh harapan kepada Allah bahwa doanya pasti akan dikabulkan
- Tidak tergesa-gesa dalam melantunkan doa
- Menanti dengan sabar dan penuh tawakal, dan bersyukur ketika Allah telah berkenan mengabulkan doanya. (Baca: Ngaji Al-Hikam: Bolehkah Kita Merencanakan Sesuatu untuk Masa Depan ?).
Kapan doa seorang hamba dikabulkan oleh Allah ta'ala ? Suatu doa yang telah dipanjatkan kepada Allah dengan jaminan bahwasanya setiap doa hamba mukmin pasti akan diterima oleh Allah ta'ala. Setiap doa yang telah dipanjatkan akan dikabulkan Allah dalam waktu yang telah ditetapkan. Atau bisa juga Allah menunda mengabulkan doa yang akan diperkenankan dalam waktu yang lain. Apabila doa seorang hamba belum dikabulkan di masa hidupnya, maka doa itu akan dipetik hasilnya di alam akhirat. Atau akan menjadi sebab diampuni dosa-dosanya.
Berdoalah kepada Allah karena doa merupakan perisai yang akan memberi dorongan bagi seorang hamba, di saat ia sangat memerlukan pertolongan Allah ta'ala, kebutuhan manusia kepada Allah dan merasakan kekurangan dan keterbatasan dirinya, yang akan menempatkan doa sebagai suatu yang benar-benar sangat bernilai bagi manusia.
Syaikh Ahmad Athaillah berkata:
"Janganlah menjadikan seorang ragu terhadap janji Allah, sebab sebelum terpenuhinya janji tersebut, walaupun pada saat yang sangat diperlukan. Karena meragukan janji Allah akan menjadi sebab si hamba menjadi redup iman dan penglihatan mata hatinya, dan memadamkan cahaya jiwanya."
Ap yang telah dijanjikan Allah kepada manusia tidak perlu diragukan lagi, karen hati yang ragu akan membawa akibat rusaknya iman dan lenyapnya sinar Allah dalam hati kita. Oleh sebab itu maka seorang mukmin hendaklah meyakini dengan sepenuh hati, bahwa yang telah dijanjikan Allah pasti akan diterima oleh si hamba.
Allah ta'ala merupakan Khaliq atau Dzat Yang Maha Kuasa, serta mengetahui kapan dan bilamana permintaan seorang hamba akan dikabulkan. Seorang hamba yang tengah berhadapan dengan janji Allah wajib bersifat tenang dan istiqamah. Artinya tidak perlu bimbang dan ragu, karena perasaan seperti ini menunjukkan akan lemahnya keimanan kita kepada Allah ta'ala. (Baca: Cara Menyikapi antara Keinginan dengan Takdir Allah).
Hubungan hamba dengan Allah adalah hubungan yang sangat erat sekali. Akrabnya hubungan ini bisa diibaratkan dengan dekatnya urat kuduk dengan tengkuk kita sendiri. Oleh karena hubungan yang sangat erat ini maka seorang hamba dapat berdialog langsung dengan Allah dalam upaya mendengar langsung dan merasakan langsung anugerah-anugerah besar dari Allah, yang terkadang secara implisit dapat dirasakan oleh si hamba.
Manusia dalam hubungan dengan Allah tidaklah semata-mata karena ia tahu Allah itu wujud, akan tetapi dalam hubungan selanjutnya manusia mampu berhubungan dengan Allah melalui bashirah atau mata hati, yakni mata hati ruhaninya.
Dalam pada itu Allah akan senantiasa menguji tingkat keimanan manusia. Kemampuan hamba dalam menghadapi segala peristiwa dan keteguhan hatinya dalam mempertahankan keimanan. Ujian dari Allah itu akan menentukan pula tingkat keimanan seorang hamba, bahkan akan menyempurnakan keimanan sang hamba.
Di atas segala hal yang diharapkan oleh si hamba dari Allah, maka si hamba tetap mempunyai kewajiban melaksanakan tugas ibadahnya, dan tetap mengagungkan Allah, tidak mensekutukan Allah dengan yang selain Allah.
Manusia berima yang dilengkapi dengan indera rasa dan pikira merupakan anugerah Allah, agar manusia memanfaatkan seluruh indera jasmaninya untuk memahami Allah dalam melaksanakan tugas hidupnya dan menempa keimanannya sepanjang anugerah itu dimilikinya.
Kadang, manusia tidak sabar menanti keinginannya ya. Padahal, Allah SWT tentu tau mana yang dibutuhkan oleh hamba Nya. Terimakasih tulisannya dapat menjadi pencerahan.
ReplyDeletebenar mbak silvia, kadang kita seperti itu...tapi ya namanya saja manusia :D
DeleteSip mas
ReplyDelete