Thursday, February 4, 2016

Filled Under:

Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

www.majeliswalisongo.com - Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi ( الإمام خليفة الأنام العلامة العارف بالله علي بن محمد بن حسين الحبشي ) - Masyarakat muslim solo baru saja punya gawe besar yaitu memperingati haul Sayyidi Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Kebesaran nama ulama satu ini memang tidak dapat diragukan lagi. Para ulama bersepakat bahwasanya beliau merupakan waliyullah dan ulama besar di masanya yang keberkahan hidup ilmunya bahkan sampai ke bumi nusantara tercinta ini yang terpusat di Solo, dimana keturunannya tinggal dan melanjutkan perjuangan beliau dalam menyebarkan ilmu agama. 

Sayyidi Al-Wali Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi, demikian nama ulama besar satu ini. Beliau lahir di sebuah desa di Hadramatu, Yaman, yaitu di desa Qasam, pada hari Jumat, 24 Syawwal 1259 Hijriyah, bertepatan dengan tahun 1843 masehi. Ayahnya bernama Sayyidi Al-Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi, seorang ulama besar di masanya yang lahir di Seiwun. Sedangkan ibunya bernama Sayyidati Al-Hubabah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri yang merupakan seorang ulama perempuan yang lahir di Syibam.

Ayah Habib Ali, Habib Muhammad, merupakan seorang ulama besar yang penuh karomah. Salah satu karomah beliau yaitu sebagaimana kisah berikut ini:

Diriwayatkan, bahwa suatu ketika Sayyidi Al-Habib Muhammad mengontrak sebuah rumah seharga 100 qursyi setahun. Kemudian sang pemilik rumah datang untuk menagih uang sewa tersebut. Habib Muhammad kemudian berkata kepada salah satu anaknya yang bernama Habib Ahmad, "Ya Ahmad, naiklah ke lantai atas dan ambil uang 100 qursyi di laci dan bawalah kemari untuk aku berikan kepada sipemilik rumah ini!. Habib Ahmad segera naik ke atas untuk mengambil uang yang di maksud. Namun dalam hati, ia sedikit heran, karena hampir setiap hari ia membuka laci itu dan ia tidak pernah menemukan sepeser uang pun di dalamnya. Setelah sampai di lantai atas, Habib Ahmad segera membuka laci dan ia memang tidak menemukan uang yang dimaksud ayahnya. Ia segera turun dan mengatakan bahwa lacinya tidak ada sepeser uangpun. 
Tasbih Peninggalan Maulana Habib Ali

"Ternyata kau tidak melihatnya, Ayo ikut aku, akan ku tunjukkan kepadamu," Kata Habib Muhammad. 

Keduanya pun segera naik ke atas. Sesampainya di atas Habib Muhammad segera membuka laci dan ternyata di dalamnya ada sebuah kantong berisi uang sebanyak 100 qursy.

"Berikanlah uang ini kepada pemilik rumah tersebut agar ia bisa tenang."

"Ya ayahku, kami sudah tenang dari pemilik rumah tersebut, namun kami belum tenang sama sekali karena tidak memiliki uang untuk membeli makanan," Kata Habib Ahmad yang merupakan kakak dari habib Ali.

"Wahai anakku. Allah yang telah memberi kita uang untuk mmbayar sewa rumah ini tentu akan memberi kita makanan," Jawab Habib Muhammad singkat.

Tak lama kemudian datanglah seorang utusan Sultan Gholib bin Muhammad memberikan uang 100 qursy. Ternyata sultan Gholib ini masih termasuk murid dari ayahnya habib Ali. 

"Wahai anakku, perhatikanlah bagaimana Allah telah memudahkan rizk atas kita," Kata Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Habib Muhammad Lahir pada tanggal 18 Jumadil Akhirah pada tahun 1213 hijriyah, sedangkan ibunda beliau, Sayyidah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri lahir pada tahun 1240 hijriyah di kota Syibam.

Habib Muhammad dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki karomah dan sampai pada tingkat kasyaf. Beliau seringkali mengkasyaf isi hati habib Ali. Habib Muhammad sendiri pernah berguru kepada beberapa ulama besar, diantaranya:
  1. Maulana Al-Habib Thohir bin Husein bin Thahir
  2. Maulana Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir
  3. Maulana Al-Habib Hasan bin Shalih Al-Bahr Al-Jufri
  4. Maulana Al-Habib Ahmad bin Umar bin Smith
  5. Maulana Al-Habib Abdullah bin Ali bin Syihabuddin
  6. Syaikh Mufti Makkah Muhammad Saleh Rayyis
  7. Syaikh Umar bin Abdurrasul Al-Aththar
  8. Sayyid Al-Imam Al-badi Abdurrahman bin Sualaiman Al-Ahdal
  9. Syaikh Al-Wali Manshur bin Yusuf Al-Budairi
  10. dan lain sebagainya

Nasab Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

Habib Ali merupakan salah seorang dzurriyah Rasulullah yang artinya beliau masih termasuk keturunan Rasulullah dan di dalam darahnya mengalir darah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mulia.  Berikut ini mata rantai nasab emas beliau hingga Sayyidina Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
Rida' milik Al-Imam Ali Al-Habsyi

Maulana Al-Habib Ali putra
Maulana Al-Habib Muhammad putra
Maulana Al-Habib Husein putra
Maulana Al-Habib Abdullah putra
Maulana Al-Habib Syaikh putra
Maulana Al-Habib Abdullah putra
Maulana Al-Habib Muhammad putra
Maulana Al-Habib Husein putra
Maulana Al-Habib Ahmad Shohibusy Syi'b putra
Maulana Al-Habib Muhammad Asghor putra
Maulana Al-Habib Alwi putra
Maulana Al-Habib Abu Bakar Al-Habsyi putra
Maulana Al-Habib Ali putra
Maulana Al-Habib Ahmad putra
Maulana Al-Habib Muhammad Asadullah putra
Maulana Al-Habib Hasan At-Turabi putra
Maulana Al-Habib Ali putra
Maulana Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad putra
Maulana Al-Habib Ali putra
Maulana Al-Habib Muhammad Shohib Mirbath putra
Maulana Al-Habib Ali Khala' Qasam putra
Maulana Al-Habib Alwi putra
Maulana Al-Habib Muhammad putra
Maulana Al-Habib Alwi putra
Maulana Al-Habib Ubaidillah putra
Maulana Al-Imam Ahmad Al-Muhajir putra
Maulana Al-Imam Isa putra
Maulana Al-Imam Muhammad putra 
Maulana Al-Imam Ali Al-Uraidhi putra
Maulana Al-Imam Ja'far Ash-Shaddiq putra
Maulana Al-Imam Muhammad Al-Baqir putra
Maulana Al-Imam Ali Zainal Abidin putra
Maulana Al-Imam Husein As-Sibth putra
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah suami dari Sayyidati Fathimah Az-Zahra' binti Rasulillah Shallallahu 'Alaihi wa sallam.


Ketika Habib Ali berusia tujuh tahun, tepatnya pada tahun 1226 hijriyah atah 1850 masehi, ayahnya, Habib Muhammad, hijrah ke Makkah untuk berdakwah di sana bersama tiga putranya, saudara habib Ali yang sudah dewasa, masing-masing yaitu Habib Abdullah, Habib Ahmad dan Habib Husein. Adapun Habib Ali sendiri. Di Makkah, Habib Muhammad dipercaya menjadi mufti Syafi'iyyah sejak tahun 1270 hijriyah menggantikan posisi Syaikh Ahmad Dimyathi yang telah wafat. Setelah Maulana Habib Muhammad, ayah Habib Ali ini wafat, jabatan mufti Syafi'iyah dipegang oleh Sayyidi Asy-Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.

Di antara para ulama besar asal Indonesia yang sempat menimba ilmu kepada Habib Muhammad bin Husein adalah Sayyidi Asy-Syaikh Arsyad Thawil dari Banten Jawa Barat. Syaikh Arsyad Thawil ini selain berguru kepada Habib Muhammad juga sempat berguru kepada putranya, yaitu Habib Husein bin Muhammad bin Husan Al-Habsyi, yang di masa itu termasuk salah satu ulama ahli hadits atau Muhadits. Selain Syaikh Arsyad Thawil, para ulama nusantara yang pernah belajar kepada Habib Husein bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi adalah Sayyidi Asy-Syaikh Mahfudz Termas, Jawa Timur dan Sayyidi Hadlratisy Syaikh Hasim Asy'ari, Tebu Ireng Jombang dan pendiri Nahdlatul Ulama.

Salah satu nasihat Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi yang terkenal adalah, "Camkanlah, jangan sampai kalian tidak belajar ilmu bahasa, nahwu dan sharaf. Karena ilmu bahasa merupakan dasar dan perantara kalian untuk memahami semua ilmu."

Pendidikan Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi


Dalam perjalanan thalabul 'ilminya, Sayyidi Al-Habib Ali bin Muhammad berkesempatan untuk menimba ilmu dari para ulama besar di masanya. Pada umur 11 tahun misalnya, Habib Ali bin Muhammad bersama ibundanya, Sayyidah Alawiyah, pindah ke Seiwun dan menetap di sana. Dalam perjalanan ke Seiwun, habib Ali melewat Masileh dan singgah di kediaman Sayyidi Asy-Syaikh Al-habib Abdullah bin Husein bin Thahir. Kesempatan besar itu kemudian digunakan beliau untuk menelaah berbagai kitab, mendapatkan ijazah dan ilbas. Diantara kitab yang beliau hafalkan sekaligus beliau kuasai adalah kitab Alfiyah Ibnu Malik, Al-Irsyad, dan lain sebagainya.

Sesampainya di Seiwun kemudian Habib Ali belajar memperdalam ilmu agama khususnya ilmu fiqih dan ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan perintah dari Sayyidi Asy-Syaikh Umar bin hasan bin Abdullah Al-Haddad.
Sandal milik Sayyidil Imam Ali Al-Habsyi

Pada usia 17 tahun, Habib Ali bin Muhammad mengunjungi Makkah Al-Mukarramah dan tinggal di sana bersama ayahnya selama 2 tahun. Selama masa itu, beliau banyak menimba ilmu kepada ayahnya dan beberapa ulama besar lain. Beliau juga menuntut ilmu kepada sang kakak, habib Husen bin Muhammad dan Habib Alwi bin Muhammad dengan mengaji kitab Minhaj serta 12 buah syarahnya. Bahkan tidak hanya mengkaji, tapi beliau berhasil menghafalkannya dengan sangat baik. Setelah tinggal di Makkah Al-Mukarramah selama 2 tahun, beliau kembali lagi ke Seiwun atas perintah sang ayah untuk menikahkan adik beliau, Aminah, dengan Sayyidi Al-Habib Alwi bin Ahmad Assegaf, yang merupakan salah seorang murid utama dari Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Sosok Maulana Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi memang sangat fenomenal. Sejak kecil beliau telah mampu mempelajari dan mengkhatamkan al-Quran dengan sangat baik dan berhasil menguasai berbagai disiplin ilmu, baik itu ilmu dzahir lebih-lebih ilmu bathin, sebuah pencapaian yang sangat langka untuk anak seusianya. Karena kehebatan beliau itulah, maka di usia yang masih sangat muda, beliau sudah diizinkan oleh para gurunya untuk memberikan ceramah dan pengajian di hadapan masyarakat muslim lainnya sehingga membuat takjub banyak orang dan beliaupun mendapatkan tempat yang tinggi dan sumber perhatian di hati setiap orang yang mendengar nasihat serta petuah beliau.

Diantara para guru yang telah berjasa besar dalam mentarbiyah Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi yaitu:
  1.  Maulana Al-'Allamah Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir yang merupakan guru dari ayah beliau
  2. Maulana Al-Allamah Al-Habib Hasan bin Shaleh Al-Bahr
  3. Maulana Al-'Allamah Al-'Arif billah Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-'Attas, guru futuh beliau
  4. Maulana Al-'Allamah Al-'Arif billah Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur
  5. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Umar bin Hasan bin Abdullah Al-Haddad
  6. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Umar bin Abdurrahman bin Syahab
  7. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Ali bin Idrus bin Syihabuddin
  8. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegaf
  9. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Abdul Qadir bin Hasan bin Umar bin Sagaf
  10. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi
  11. Maulana Al-Habib Muhammad bin Ali bin Alwi Assegaf
  12. Maulana Al-'Allamah Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi
  13. Maulana Al-'Allamah Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar
  14. Maulana As-sayyid Abdullah bin Husein bin Muhammad
  15. Maulana Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim

Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-'Athas Sang Guru Yang Amat Dicintai Habib Ali


Salah satu guru Maulana Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi yang paling beliau cintai dan beliau muliakan adalah Sayyidi Al-Wali Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas. Bisa dikatakan, bahwa Habib Abu Bakar merupakan guru futuh beliau yang mengantarkan habib Ali menjadi seorang waliyullah besar.

Diriwayatkan, ketika Habib Ali bertemu untuk pertama kalinya dengan Maulana Habib Abu Bakar, beliau dibuat takjub karena seluruh tubuh Habib Abu Bakar diliputi nur yang amat terang benderang. Dalam hati Habib Ali pun takjub dan berkata, "Orang ini sebetulnya malaikat ataukah manusia ?"

Suatu ketika Sayyidi Habib Ali sangat rindu kepada gurunya tersebut, Habib Abu Bakar. Ia pun kemudian segera bergegas untuk pergi ke Ghurfah, yang mana pada saat itu Habib Abu Bakar sedang bertamu di salah satu seorang sahabatnya.

Habib Abu Bakar yang tahu kalau muridnya kesayangannya itu akan datang, segera memberitahukan kepada sahabatnya, si tuan rumah tersebut, untuk menambah hidangan makan siang, karena sebentar lagi Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi akan datang. kata Habib Abu Bakar, "Tambahkanlah hidangan makan siang untuk Ali bin Muhammad Al-habsyi. Sebentar lagi ia akan datang. ia tidak dapat berpisah terlalu lama denganku."

Tak lama kemudian Habib Ali benar-benar datang. Si tuan rumah pun memberitahukan kepada beliau bahwa Habib Abu Bakar telah mengkasyaf kedatangannya tersebut.

Sosok Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib Al-Attas merupakan salah satu guru paling utama dari Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Beliau ini merupakan waliyullah yang sangat mastur sehingga keluarganya sendiri tidak mengetahui akan kebesaran derajat kewaliannya tersebut. Mengenai kebesaran beliau ini, habib Ali pernah berkata, "Ucapan para shalih cukup sebagai ganti makanan selama sebulan. Apabila mendengar Habib Abu Bakar Al-Attas berceramah, rasanya aku tidak membutuhkan makanan lagi. Andai beliau menyampaikan ilmunya selama satu bulan, maka aku akan menjadikan ucapannya sebagai santapanku...."

Sang Ayah Tercinta Wafat


Walaupun jauhnya jarak memisahkan antara Habib Ali dengan sang ayah, namun rasa cinta dan ikatan batin antara ayah dan anak tidak dapat diputuskan, bahkan semakin kuat dan bergairah. Demikian pula halnya dengan Habib Ali dengan sang ayah, Habib Muhammad bin Husein. Di Makkah, Habib Muhammad juga senantiasa merindukan Habib Husein yang ternyata lebih suka untuk tinggal di Hadramaut. Tatkala Habib Abu Bakar Al-Attas berkunjung ke Makkah, Habib Muhammad tak kuasa pula untuk mengadukan hal ini. Namun ternyata Habib Abu Bakar memiliki jawabannya sendiri. Beliau mengatakan bahwa Habib Ali akan lebih bermanfaat apabila tinggal di Hadramaut. Sebab kelak di sana, Habib Ali akan memperoleh Ahwal yang besar dan manfaat yang banyak.  Setelah mendengar penuturan Habib Abu Bakar, tenanglah hati Habib Muhammad. Beliau wafat pada hari rabu, 21 Dzulhijjah 1281 Hijriyah, saat usia Habib Ali baru menginjak umur 22 tahun. Habib Muhammad kemudian dimakamkan di Ma'la di Huthoh Saadah Aali Ba Alawiy. Sedangkan Ibunda Habib Ali sendiri, Habib Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri wafat pada tanggal 6 Rbiuts Tsani tahun 1309 hijriyah.

Menjadi Guru Dakwah

Masji Riyadh di Seiwun yang dibangun Habib Ali

Setelah dirasa cukup dalam menuntut ilmu, Habib Ali kemudian memulia usaha dakwah ke berbagai penjuru negri. Beliau menjadi imam dan mengajar di Masjid Hambal. Beliau menjadi guru di sana kurang lebih selama 30 tahun dan berhasil memberikan pendidikan terbaik bagi masyarakat luas.

Ketika menginjak usia 37 tahun, Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi merintis pembangunan ribath atau semacam pondok pesantren yang pertama di Hadramaut, tepatnya di kota Seiwun. Ribath adalah majelis yang menyerupai masjid dan dikhususkan untuk para penuntut ilmu dalam menuntut ilmu. Letak ribath ini di sebelah timur halaman masjid Abdul Malik. Para santri yang nyantri di ribath ini tidak dipungut biaya alias gratis. Seluruh biaya orang yang tinggal di Ribath beliau tanggung sendiri. Mengenai ribathnya ini, Habib Ali berkata, "Ribath ini aku dirikan dengan niat yang baik, dan ribath ini menyimpan sir yang besar. Ribath ni menyadarkan mereka yang ghaflah atau lali dan membangunkan mereka yang sedang terbuai dalam tidur. Berapa banyak faqih yang telah dihasilkan melalui ribath ini, berapa banyak alim ulama yang telah diluluskannya. Ribath ini merubah orang yang semula tidak mengerti apa-apa menjadi seorang ulama yang alim."

Selain membangun Ribath, Maulana Habib Ali juga membangun masjid yang kemudian diberi nama Masjid Riyadh. Pembangunan Masjid ini dilaksanakan tatkala Habib Ali berusia 44 tahun, tepatnya pada tahun 1303 Hijriyah. Pada syawal tahun 1305 hjriyah, Habib Ali menggubah sebuah syair khusus untuk mesjid Riyadh-nya ini:

Inilah riyadh, ini pula sungai-sungai yang mengalir
yang memakmurkan meneguk segar airnya
yang tinggal tercapai tujuannya
yang berkunjung terkabul keinginannya
masjid ini dibangun dengan tujuan yang baik
maka tampaklah hasilnya

Murid-Murid Maulana Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi


Berikut ini diantara murid-murid Habib Ali yang dikemudian hari melanjutkan perjuangan dakwah beliau:
    1. Maulana Al-Habib Abdullah bin Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (anak beliau)
    2. Maulana Al-Habib Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (anak beliau)
    3. Maulana Al-Habib Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (anak beliau)
    4. Maulana Al-Habib Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (anak beliau yang kemudian hijrah ke Indonesia dan memiliki banyak keturunan di sana)
    5. Sayyidati Khadijah binti Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (anak beliau)
    6. Maulana Al-Habib Syaikh bin Muhammad Al-Habsyi (adik beliau)
    7. Maulana Al-Habib Ahmad bin Syaikh Al-Habsyi (keponakan beliau)
    8. Maulana Al-Habib Ja'far 
    9. Maulana Al-Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman bin Ali bun Umar bin Segaf As-Segaf
    10. Maulana Al-Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan Assegaf
    11. Maulana Al-Habib Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Assegaf
    12. Maulana Al-Habib Ali bin Abdul Qadir bin Salim bin Alwi Al-Aydrus
    13. Maulana Al-habib Salim bin Shofi bin Syaikh Assegaf
    14. Maulana Al-Habib Muhammad bin Salim bin Alwi As-Siri
    15. Maulana Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Zen Al-Habsyi
    16. Maulana Al-Habib Alwi bin Abdurrahman bin Abu Bakar Al-Masyhur
    17. Mualana Al-Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur
    18. Maulana Al-Habib Hasan bin Muhammad bin Ibrahim Bilfaqih
    19. Maulana Al-Habib Umar dan Sayyid Abdullah bin Idrus bin Alwi Al-Aydrus
    20. Maulana Al-Habib Abdullah bin Umar Asy--Syathiri (ayah dari Sulthanul Ilmi Maulana Al-Habib Salim Asy-Syathiri)
    21. Maulana Al-Habib Abdullah bin Ali bin Syihabuddin
    22. Maulana Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Abu Bakar Al-Khotib
    23. Maulana Al-Habib Umar bin Abdullah bin Muhammad Al-Habsyi
    24. Maulana Al-Habib Muhammad bin Idrus bin Umar Al-Habsyi
    25. Maulana Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aydrus Shohib Hazm
    26. Maulana Al-Habib Muhammad bin Salim bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas
    27. Maulana Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Attas
    28. Maulana Al-Habib Umar bin Ahmad bin Abdullah bin Idrus Al-Bar
    29. Maulana Al-Habib Hamid bin Alwi bin Abdullah Al-Barr
    30. Maulana Al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Alwi Al-Muhdlor
    31. Maulana Al-Habib Musthafa bin Ahmad bin Muhammad bin Alwi Al-Muhdlor
    32. Maulana A-Habib Muhammad bin Thahir bin Umar Al-Haddad
    33. Maulana Al-Habib Umar bin Thohir bin Umar Al-Haddad
    34. dan lain sebagainya

Suasana Haul Al-Imam Ali A-Habsyi
Orang-orang yang bersama Habib Ali sepanjang hidup beliau dan sudah dianggap sebagai murid beliau, diantaranya:
  1. Maulana Asy-Syaikh Ubaid bin Awudh Ba Fali
  2. Maulana Asy-Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Zen bin Hadi bin Ahmad Basalamah
  3. Maulana Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Hassan
  4. Maulana Asy-Syaikh Ahmad bin Ali Makarim
  5. Maulana Al-Habib Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Segaf As-Segaf
 Murid-murid Maulana Habib Ali yang mencapai derajat Alim dalam ilmu fiqih dan ilmu keislaman lainnya:
  1. Maulana Al-Habib Thoha bin Abdul Qadir bin Umar Assegaf
  2. Maulana Al-Habib Umar bin Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf
  3. Maulana Asy-Syaikh Hasan
  4. Maulana Asy-Syaikh Ahmad
  5. Maulana Asy-Syaikh Muhammad Baraja
  6. dan lain sebagainya

Mengarang Kitab Maulid Simthud Durar

Salah satu karya fenomenal Maulana Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi adalah kitab maulid Simthud Durar. Kitab maulid ini merupakan salah satu kitab maulid yang paling banyak dibaca di dunia, selain kitab maulid lainnya seperti al-Barzanji dan Ad-Diba'i. Kitab ini ditulis oleh Maulana Habib Ali tatkala beliau berusia 68 tahun, bertepatan pada hari kamis, 26 Safar tahun 1327 Hijriyah. Pada tanggal 26 Safar tahun 1327 hijriyah itu, beliau mulai mendiktekan paragraf awal dari ktab Maulid Simtud Durar. Selanjutnya, pada hari kamis, 10 Rabiul Awwal tahun 1327 hijriyah beliau menyempurnakannya dan pada malam Sabtu tanggal 12 Rabiul Awwal 1327 hijriyah, beliau membacakannya di rumah salah satu muridnya yang bernama Maulana Al-Habib Umar bin Hamid Assegaf. Salah satu dawuh Maulana Al-Habib Ali mengenai fadhilah kitab Simtud Durar ini adalah sebagai berikut:

"Jika ada yang bersedia menjadikan kitab maulid ini sebagai wirid hariannya atau menghafalkannya, maka sirr atau rahasia kanjeng nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam akan tampak dalam dirinya. Aku yang mengarang dan mendiktikannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan kanjeng nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Pujianku kepada kanjeng nabi dapat diterima oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena besarnya rasa cintaku kepada beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. bahkan dalam surat-suratku, ketika aku menyifatkan nabi, Allah membukakan padaku susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku."


Wafatnya Maulana Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi


Maulana Al-Habib Ali meninggal dunia di kota Seiwun, Hadlramaut, tepatnya pada hari Ahad tangal 20 Rabiul Akhir tahun 1333 hijriyah. Beliau wafat dengan meninggalkan beberapa putra-putri yang sangat menguasai ilmu agama dan menjadi penerus perjuangan dakwah beliau. Di antara putra-putri beliau ada yang tinggal di Indonesia, yaitu, putra bungsu beliau yang bernama Maulana Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi. Maulana Al-Habib Alwi ini merupakan pendiri dari masjid Riyadh kota Solo, Jawa Tengah, yang sangat terkenal yang setiap tahun selalu menyelenggarakan Pengajian akbar dalam rangka Haul Maulana Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Masyarakat Solo mengenal habib Alwi ini sebagai sosok dengan kepribadian yang sangat luhur, berbudi pekerti mulia, dan berilmu luas. Kediaman beliau senantiasa terbuka 24 jam untuk siapa saja yang akan bertamu dan dari golongan manapun. Habib Alwi meninggal di Palembang pada tanggal 20 Rabiul Awwal tahun 1373 hijriyah dan di makamkan di Surakarta.

Disarikan dari berbagai sumber

2 komentar:

  1. Silsilah keluarganya panjang juga ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas...maulana al-habib ali bin muhammad bin husein al-habsyi, salah satu diantara sekian banyak dzuriyah sayyidina rasulillah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

      Delete