Thursday, December 3, 2015

Filled Under:

Biografi Habib Ali Bin Husein Al-Attas atau Habib Ali Bungur

www.majeliswalisongo.com - Biografi Habib Ali Bin Husein Al-Attas atau Habib Ali Bungur Jakarta Pusat - Apabila kita membaca manaqib ataupun biografi habib satu ini, maka kita akan menyimpulkan bahwasanya beliau merupakan seorang maha gurunya para guru di nusantara ini, khususnya gurunya para ulama di tanah betawi dan sekitarnya. Ya, Habib Ali bin Husein Al-Attas , merupakan ulama besar yang menjadi gurunya para ulama yang hingga kini murid-muridnya telah berhasil mencetak puluhan ribu santri yang berwawasan keislaman yang luas dan mampu menjadi pemimpin di tengah masyarakatnya. Sebut saja diantara beberapa santrinya yang menonjol yaitu:
Habib Ali Bungur (tengah)

  1. Al-Hafidz Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, seorang muhadits dari tanah jawa yang diakui kepakarannya dalam bidang hadits dan mampu menghafal 100 ribu hadits lebih. Saat ini pondok pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyah Malang yang dulu diasuhnya telah diasuh oleh anak turunnya dan menghasilkan para ulama besar yang berjumlah ratusan bahkan ribuan.
  2. Prof Dr. Abu Bakar Aceh. Seorang ulama kenamaan dari Aceh dan anggota MPR
  3. Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi, putra dari muhadits terkenal dari betawi, Habib Ali Kwitang
  4. Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, dari Bukit Duri Jakarta
  5. KH. Nur Ali, ulama besar dari Bekasi
  6. KH. Syafi'i Hadzami, ketua Umum MUI Jakarta
  7. KH. Abdurrazaq Maknun
  8. KH. Tohir Rohili, pengasuh majelis ta'lim At-Thahiriyah
  9. KH. Abdullah Sjafi'ie, pengasuh majelis ta'lim Asy-Syafi'iyah
  10. dan para ulama besar lainnya.
Melihat sosok murid-muridnya yang telah diakui kealiman dan kehebatannya saja, kita pasti langsung bertanya-tanya, siapakah sebenarnya Maulana Habib Ali Bin Husein Al-Attas itu ? Nah, pada kesempatan kali ini admin Majelis Walisongo akan sedikit mengulas biografi beliau yang bagaikan mutiara berkilauan yang mampu memantulkan sinar hikmah ke dalam hati sanubari orang-orang yang bersedia membaca dan merenungi manaqib beliau. 

Biografi Habib Ali Bungur Jakarta Pusat

Habib Ali Bungur memiliki nama lengkap dan nasab sebagai berikut: Habib Ali bin Husein bin Muhammad bin Husain bin Jafar bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghuyyur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammd Sahib Mirbath bin Ali Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib suami Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra putri Sayyiduna Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Habib Ali Bungur, Wali Quthub dari Indonesia
Habib Ali Bungur sebetulnya bukanlah orang nusantara asli, namun beliau merupakan seorang dari Hadhramaut. Beliau lahir pada tanggal 1 Muharram tahun 1309 hijriyah atau sekitar tahun 1891 masehi. Ayahnya bernama Husain bin Muhammad, seorang ulama besar dari Yaman. Habib Ali sejak kecil telah mendapatkan didikan agama islam yang ketat dari orang tuanya. Hal itu terbukti bahwa sejak umur yang sangat belia, yaitu enam tahun, beliau telah berhasil menghafal 30 juz al-Quran al-Karim. Keberhasilan ini salah satunya karena berkat jasa dan peran besar dari ibunda tercinta beliau. Setelah itu, pada umur dua belas tahun, beliau sudah mampu menghafal keseluruhan kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan beberapa kitab penting lainnya semisal Bahjah, Tuhfah, Minhaj dan Fatawa Qubra.

Pada usia dua puluh satu tahun, Habib Ali Bungur pergi ke Tanah Suci guna melaksanakan rangkaian ibadah haji dan ziarah ke makam datuknya yang mulia, yaitu Sayyiduna Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di Madinah al-Munawwarah. Di sana beliau menetap selama kurang lebih lima tahun dan menghabiskan waktunya untuk thalabul ilmi atau menuntut ilmu kepada para ulama besar dari tanah Hijaz. Pada sekitar tahun 1917, Habib Ali Bungur kembali lagi ke Huraidhah dan mengajar di sana selama kurang lebih tiga tahun.

Ditahun 1920 masehi pada Habib Ali Bungur berusia dua puluh sembilan tahun, beliau hijrah ke Jakarta, Indonesia. Sesampainya di Jakarta, beliau mendapatkan sambutan dari masyarakat sekitar dan mendapatkan tempat mulia dari mereka. Namun hal ini tidak lantas membuat beliau menjadi takabur. Sebaliknya, beliau senantiasa tawadhu dan merakyat. Salah satu sisi yang paling dikenal dari beliau adalah sikapnya yang sangat merakyat dan sangat dicintai oleh rakyat. Di Jakarta, beliau dengan sangat cepat menguasai bahasa Indonesia dengan baik. 

Awalnya Habib Ali Bungur tinggal di Cikini yang mana rumah beliau dekat dengan masjid Cikini yang dikenal sebagai masjid peninggalan pelukis Raden Saleh. Selain itu, di Indonesia ini beliau juga menyempatkan diri untuk thalabul 'ilmi kepada para ulama nusantara, misalnya kepada:
  1. Maulana Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor dari Bondowoso, Jawa Timur
  2. Maulana Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Surabaya, Jawa Timur
  3. Maulana Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas, Pekalongan, Jawa Tengah
  4. Maulan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas, Empang, Bogor, Jawa Barat
Pada perjalanan selanjutnya, Habib Ali Bungur kemudian dikenal sebagai ulama besar yang sangat alim dalam ilmu keislaman, khususnya dalam bidang fiqih, falsafah, tasawuf, dan perbandingan madzhab. Murid beliau sangat banyak dan tidak hanya berasal dari Indonesia semata, namun juga dari luar negeri, seperti dari Singapura dan Malaysia. 
Maulana Al-Habib Ali Bungur

Dalam berpenampilan, Habib Ali Bungur memiliki penampilan yang has. Beliau senantiasa menggunakan jubah, surban, serta selempang hijau atau radi. Apabila pergi ke suatu tempat, beliau lebih suka menggunakan becak atau kendaraan umum. Walaupun murid-muridnya banyak yang memaksa beliau untuk menaiki mobil pribadi namun beliau tetap memilih menggunakan angkutan umum. Menurut Prof. Abu Bakar Aceh, apa yang menjadi sikap hidup beliau itu merupakan cermin dari sikap hidup keluarga ahli bait Rasulullah, yakni senantiasa menunjukkan sikap hidup yang kerakyatan, tidak berlebiha dan mencintai serta dicintai oleh rakyat.

Pada sekitar tahun 1940-an, Habib Ali Bungur dikenal sebagai salah satu dari tiga serangkai atau triumvirat ulama yang dengan gencar memperjuangkan syiar islam serta memiliki banyak murid. Tiga serangkai yang dimaksud adalah Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau Habib Ali Kwitang, Habib Salim bin Jindan, dan Habib Ali Bungur ini. Menurut Habib Salim bin Jindan sendiri, Habib Ali Bungur dan Habib Ali Kwitang bagaikan kedua bola matanya dikarenakan keluasan keilmuan beliau berdua. 

Habib Ali Bungur wafat pada tanggal 16 Februari tahun 1976 Masehi, pada pukul 06.10 WIB pagi hari. Beliau tutup usia pada umur 88 tahun. Jenazah beliau kemudian di makamkan di Al-Hawi, Condet Jakarta Timur. Berita duka tersebut menyebar dengan begitu cepat dan bahkan menjadi headlines beberapa koran harian, seperti koran Merdeka, Berita Buana, Kompas, Pelita, Pos Kota, kantor Berita Antara dan beberapa radio seperti radio Cenderawasih, Asy-Syafi'iyah, dan Ath-Thahiriyah yang setiap lima belas menit sekali memberikan kabar dukacita ini yang kemudian diselingi dengan pengajian al-Quran. Adapun upacara pemakaman beliau dilakukan pada tanggal 17 Februari di Kramat Jati, Cililitan, yang dipimpin oleh ketua DPR/MPR Dr. Idham Khalid, dan dihadiri oleh puluhan ribu masyarakat dan pejabat pemerintahan baik pusat maupun daerah. Adapun pembacaan talkin menurut harian Pelita dimpin oleh Habib Ali bin Ahmad Al-Attas, seorang ulama besar dari Jawa tengah.

Habib Ali Bungur wafat dengan meninggalkan salah satu karya monumentalnya, yaitu kitab Tajul A'ras Fi Manaqib Al-Quthb Al-Habib Shaleh bin Abdullah Al-Attas, sebuah kitab sejarah para ulama Hadramaut yang pernah beliau jumpai dari masa penjajahan Inggris di hadramaut hingga seklias perjalanan para ulama Hadramaut di Indonesia. Selain itu, buku ini juga memuat perihal beberapa bahasan seputar ilmu tasawuf dan thariqah Alawiyah.

Habib Ali Bungur Naik Becak
Demikianlah sedikit biografi yang mengulas kebesaran nama Habib Ali bin Husain Al-Atthas atau yang biasa dikenal dengan Habib Ali Bungur Jakarta. Semoga sedikit ulasan ini dapat memberikan kontribusi manfaat bagi kita semua khususnya dalam meningkatkan rasa mahabbah kepada para ulama, khususnya kepada dzuriyah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. aamiin. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin.

Kesaksian dari Para Ulama, Murid dan Masyarakat Luas Tentang Sosok Habib Bungur


  1. Habib Salim bin Jindan:  Habib Ali Bungur dan Habib Ali Kwitang bagaikan kedua bola matanya dikarenakan keluasan keilmuan beliau berdua. 
  2. KH. Syafi'i Hadzami: Setiap kali saya melewai daerah makamnya di Cililitan, saya selalu membacakan Fatihah dan mendoakannya
  3. Ulama Muhammadiyah, H. Abu Bakar Atjeh: Apabila mencintai Habib Ali bin Husain, maka pengikutnya harus melanjutkan perjuanganya. Bagi saya, beliau adalah guru saya, kecintaan saya dan saya banyak sekali berhubungan dengan beliau
  4. Habib Muhdhar al-Muhdar: Mempraktikkan petunjuk-petunjuk Habib Ali bin Husain almarhum adalah membebaskan rakyat dari penderitaan, dengan islam mengajak umat dari kegelapan pada cahaya nur yang terang dari taraf kemiskinan kepada taraf keadilan dan kemakmuran
  5. Habib Muhdar al-Muhdar: Meninggalnya almarhum habib Ali bin Husain al-Attas adalah kehilangan besar bagi Indonesia. Perjuangan almarhum yang berlandaskan kerakyatan, kesederhanaan serta mempraktikkan norma-norma islam dalam kehidupan sehari-hari selalu menjadi teladan baik bagi umat. Almarhum tak pernah muram apalagi dihadapkan pada malapetaka, tetapi tawakal kepada Allah. uang harta dan kekayaan tak pernah menggiurkan almarhum itulah sebabnya, mengapa almarhum hidup dalam keadaan lebih daripada sederhana. Almarhum disamping merupakan pimpinan ruhani islam adalah juga pemimpin dari jutaan rakyat. Almarhum selalu menghibur dan menjadikan rakyat optimis, karena islam mengajarkan bahwa makhluk yang paling dicintai Allah adalah dia yang dicintai rakyatnya.
  6. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, Malang: Habib Ali bin Husain adalah pemimpin ruhani islam yang sangat mempunyai wibawa kuat dan secara luas ditaati muslimin, mempraktikkan asas-asas islam, ulama besar dari Mekah, Sayyid hasan Fad'aq menulis kepada saya, "Demikian Habib Abdullah bilfaqih", dimana dinyatakan bahwa Habib Ali bin Husain Al-Attas adalah qutub besar pada zamannya, diseluruh Indonesia. Beliau selalu tekun membaca al-Quran, berani menegur pembesar-pembesar yang mendatanginya dan selalu mengajarkannya agar jurang antara pemimpin rakyat dihilangkan, rakya mesti dicintai, dan inilah sebabnya maka rakyat mencintai habib Ali bin Husain Al-Attas.
  7. Dan lain sebagainya

Maulana Al-Habib Ali Bungur

Maulana Al-Habib Ali Bungur

Habib Ali Bungur Bersama Habib Ali Kwitang

Habib Ali Bin Husain Al-Attas

Habib Ali Bungur bersama para ulama

12 komentar:

  1. jadi tahu biaografi beliau, sangat terkenal

    ReplyDelete
  2. baru tahu saya kang,thanks infonya sangat inspiratif buat kaum muslim

    ReplyDelete
  3. Meniru Sayidina Rasulullah Saw, kesehariannya mengikuti sikap beliau yang sederhana. Banyak ulama Yaman hijrah ke negeri kita mengajarkan kebaikan, tinggal anak keturunannya mampukah meniru perbuatannya.

    Makasih sharingnya, jadi nambah pengetahuan. Salam kenal juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbak, semoga bisa meniru para ulama sebagai pewaris nabi..aamiin

      Delete
  4. Wow masha Alloh sekali ya bisa sukses dalam agamanya mengahafal hadits sebanyak itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbak wida...smoga kita bisa mengikuti langkah beliau...aamiin

      Delete
  5. Jadi ada keinginan hati
    Mengikuti
    Karena terinspirasi
    Beliau yang alim suci

    ReplyDelete