Friday, December 18, 2015

Filled Under: ,

Khutbah Jumat: Ikhlas Beramal Karena Allah Ta'ala

www.majeliswalisongo.com - Khutbah Jumat: Ikhlas Beramal Karena Allah Ta'ala - Berikut ini teks khutbah jumat dengan judul Ikhlas Beramal Karena Allah Ta'ala. Semoga bermanfaat:

IKHLAS BERAMAL KARENA ALLAH TA’ALA

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لَا اَنْ هَدَا نَا اللهُ مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَه وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَه. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه . وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الأَمِيْن وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَي سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ اَجْمَعِيْن. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. قَالَ تَعَالَي: وَمَا اُمِرُوا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُ القَيِّمَة

Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah

Marilah kita sebagai umat islam senantiasa meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah ta’ala dengan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan setiap apa yang dilarang oleh-Nya.

Hadirin siding jumat yang berbahagia

Melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah itu hukumnya wajib, demikian pula meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah hukumnya juga wajib, dan sebagai hamba Allah kita harus senantiasa mendasari amal kita tersebut dengan berlandaskan pada keikhlasan hati dan niat karena Allah ta’ala. Jangan sampai kita melaksanakan perintah Allah dengan suasana hati yang terpaksa dan tidak ikhlas, karena dengan begitu kita belum dapat disebut sebagai hamba yang baik dalam beribadah kepadaNya.

Ketika kita berbicara mengenai ikhlas, maka terlebih dahulu harus berbicara tentang niat, sebab antara keduanya sangat erat hubungannya, tak ubahnya pohon dengan bibit.

Niat itu adalah titik tolak permulaan dalam segala amal perbuatan, perjuangan dan lain sebagainya. Niat menjadi ukuran yang menentukan baik buruknya suatu perkataan atau perbuatan. Fungsi dan peranan niat itu sangat menentukan sehingga sebagian ulama salaf menyimpulkan:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيْرٍ تُعْظِمُهُ النِّيَّةُ وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيْرٍ تُصْغِرُهُ النِّيَّة

Artinya: “Seringkali amal yang kecil menjadi besar karena baik niatnya, dan seringkali pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya.”

Niat, iradah atau qashad merupakan dorongan yang tumbuh dalam hati manusia, yang menggerakkan untuk melaksanakan amal perbuatan ataupun ucapan tertentu. Kedudukan niat ini telah dijelaskan dalam sebuah hadist berikut ini, yang artinya:

“Dari amirul mu’minin Abu Hafsh Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya segala amal prbuatan itu tergantung dengan niat. Dan sesungguhnya tiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrah pada jalan Allah dan rasulNya maka hijrahnya itu kepada Allah dan rasulNya. Barangsiapa yang hijrah karena ingin memperoleh keduniaan, atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya itu kea rah yang ditujunya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lihat artikel lainnya: Kaifiyah Taubatan Nashuha

Berdasarkan hadist di atas, setiap amal perbuatan haruslah didasari pada niat, dan nilai amal yang dikerjakan itu pada sisi Allah tergantung pada niat orang yang mengerjakannya. Jika niatnya lillaahi ta’ala, maka amalnya akan diterima. Sebaliknya kalau niatnya tidak karena Allah ta’ala maka amalnya itupun akan ditolak. Karena itulah diperlukan keikhlasan dalam diri kita masing-masing.

Ikhlas adalah memperindah ibadah atau kebajikan karena Allah semata dan mengharap keridhaanNya. Tempatnya sama dengan niat yaitu ada di dalam hati. Amal perbuatan yang dilakukan oleh hati, lisan dan anggota badan, bergantung pada niat yang mengerjakannya.

Imam Yahya an-Nawawi membagi amal baik itu menjadi tiga macam, yaitu:
  1. Amal hamba sahaya, yaitu beramal karena takut kepada Allah
  2. Amal saudagar, yaitu beramal karena mengharapkan pahala dan supaya kelak masuk ke dalam surga.
  3. Amal manusia merdeka, yaitu beramal sebagai bakti dan bukti syukur kepada Allah atau beramal sebagai satu kewajiban
Selain itu ada pula amal yang niatnya bercampur-baur. Seperti misalnya orang yang pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah, selain niatnya ibadah juga bermotif untuk dagang. Memberikan sedekah kepada orang yang meminta-minta selain berniat sedekah, tapi juga mengandung motif agar orang tersebut lekas pergi dari pekarangan rumahnya, dan lain sebagainya.
Ayat al-Quran yang menyebutkan tentang ikhlas sangatlah banyak, diantaranya sebagai berikut:

وَمَا اُمِرُوا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُ القَيِّمَة

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah: 5).

Dalam sebuah hadist juga disebutkan sebagai berikut:

“Bertulusikhlaslah dalam melaksanakan agamamu, niscaya amalmu yang sedikit itu cukup untukmu.” (HR. Abu Dawud dan hakim dalam Jamiush Shaghir).

Jamaah jumat yang dimuliakan Allah

Niat yang tidak ikhlas dinamakan riya’, dan riya’ termasuk salah satu penyakit ruhani yang oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam digolongkan ke dalam syirik kecil atau asghar, walaupun dalam bentuk yang tidak terang-terangan. Hal inilah yang dimaksudkan dalam akhir hadist qudsi di atas.

Orang yang berlaku riya’ amalannya sama dengan orang yang menyekutukan Allah. dan menyekutukan itu sendiri bermacam-macam bentuknya. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang shalat dengan riya’, sesungguhnya ia telah melakukan syirik. Dan barangsiapa yang berpuasa dengan riya’, sesungguhnya ia telah melakukan syirik, dan demikian juga barangsiapa yang bersedekah dengan riya’ sesungguhnya ia telah melakukan syirik. Karena Allah azza wa jalla berfirman (dalam hadist qudsi) “Aku adalah penentu yang terbaik bagi orang yang telah menyekutukan sesuatu kepadaKu. Amal perbuatannya yang sedikit maupun yang banyak bagi yang disekutukannya, sedang Aku sama sekali tidak perlu padanya.”

Namun demikan, perlu diketahui bahwa orang yang beramal saleh secara terang-terangan dilihat oleh manusia, jika niatnya supaya contoh oleh manusia lain, tidak termasuk kategori riya’.
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah

Demikianlah khutbah jumat yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga kita senantiasa dapat meningkatkan kualitas keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah sehingga kita dapat menjadi golongannya yang benar-benar bertakwa dalam arti sesungguhnya. Aamiin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْاَنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن


23 komentar:

  1. Ada materi khutbah jum'at juga,,,,bagus nich mas buat sumber referensi....

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas wahab..semoga manfaat bagi yang membutuhkan :)

      Delete
  2. padahal belum waktunya jumatan nih tapi sudah membaca seolah mendengar khutbah nanti siang nih.
    Bner ya mas semuanya tergantung niatnya dan keiklasannya ya.

    ReplyDelete
  3. Aku pernah ngisi khutbah jumatan waktu KKN :-)
    Jadi ingat waktu kuliah

    ReplyDelete
  4. Wah kalau di Print lalu diperbanyak. Bagikan kepada jamaah masjid masjid wah subhanallah. Berkah dan manfaat Ilmunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah benar mas asep...silakan diprint dan diperbanyak...semoga berkah dan manfaat :)

      Delete
  5. Khutbah jum'at saya barusan bertema 'Bersyukur'

    ReplyDelete
  6. beramal harus berwal dari niat yg ikhlas murni lillahi taala agar tidak menjadi riya' ya mas
    ini yang kadang sulit dilakukan

    ReplyDelete
  7. Saya lagi belajar pidato jumat ini mas....kebetulan nemu...artikel ini eee bisa jadi referensi...kedepanya...maturnuwun Kang...

    ReplyDelete