Sunday, December 20, 2015

Filled Under:

Khutbah Jumat: Ukhuwah Islamiyah

www.majeliswalisongo.com - Khutbah Jumat: Ukhuwah Islamiyah - Berikut ini kami sajikan khutbah jumat dengan judul ukhuwah islamiyah. Selamat menyimak:

UKHUWAH ISLAMIYAH

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لَا اَنْ هَدَا نَا اللهُ مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَه وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَه. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه . وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الأَمِيْن وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَي سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ وَ صَحْبِهِ اَجْمَعِيْن. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. قَالَ تَعَالَي: اِنَّما المؤمنون اخوة فاصلحوا بين اخويكم واتقوا الله لعلكم ترحمون.

Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pertama, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara senantiasa melaksanakan apa yang diperintahNya dan menjauhi semua yang dilarangNya. Sebab dengan kualitas keimanan dan ketakwaan inilah, kita akan menjadi hamba Allah yang beruntung di dunia dan di akhirat. Di dunia ia akan mendapatkan berbagai macam kemudahan dalam setiap urusannya, sedangkan di akhirat kelak ia akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, yang mendapatkan kenikmatan besar berupa surga yang di bawahnya mengalir sungai yang sangat indah dan menyejukkan.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam al-Quran:
 “… Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Q.S. Ath-Thalaq: 4).
    Melalui ayat di atas secara tegas dan jelas Allah telah menjanjikan berbagai macam kemudahan dalam setiap urusan hamba-hambaNya yang bersedia memelihara serta meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yang tentu saja para hamba yang demikian tidak dapat disebut sebagai orang-orang yang merugi, namun sebaliknya mereka adalah orang-orang yang sangat beruntung, karena telah menjadikan Allah sebagai tempat kembali dan memohon pertolongan.

Jamaah Shalat Jumat Rohimakumullah

Pada kesempatan khutbah jumat kali ini, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan para hadirin sekalian untuk merenungi firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Quran surah al-Hujurat ayat 10:
اِنَّما المؤمنون اخوة فاصلحوا بين اخويكم واتقوا الله لعلكم ترحمون. 

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10).
Ayat di atas mengingatkan kita akan kisah perjuangan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau dengan semangat yang tak kenal menyerah dan putus asa memperjuangkan tegaknya agama islam sebagai agama yang diridhai oleh Allah. Tatkala Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam mulai mengibarka panji-panji islam di Madinah, pilar utama yang mula-mula ditegakkan alah ukhuwah atau persaudaraan. Pada waktu itu beliau membangun persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar guna memperkuat islam dari dalam. Di kemudian hari persaudaraan ataupun ukhuwah ini kemudian dikenal dengan sebutan ukhuwah islamiyah, yaitu sebuah ikatan persaudaraan yang didasari nilai-nilai keislaman dan dibangun atas pondasi aqidah islamiyah yang kokoh dan janji setia sebagai pengikut nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam di dunia hingga di akhirat kelak. Kekuatan inilah yang kemudian tumbuh berkembang menjadi kekuatan besar yang mampu mempersatukan berbagai kabilah di tanah Arab dan masyarakat dunia sehingga islam menjadi agama yang besar yang senantiasa berdiri atas dasar persaudaraan dan keshalehan sosial.
Sekiranya pentingnya ukhuwah islamiyah ini disadari secara benar oleh seluruh lapisan kaum muslimin, niscaya perbedaan pendapat yang terkadang muncul ke permukaan ataupun perselisihan yang timbul dari perbedaan pemikiran dapat disikapi secara arif dan bijaksana dan tidak akan berlarut-larut hingga menimbulkan perseteruan dan perpecahan. Namun sayangnya, saat ini umat islam kiranya masih sering tidak menyadari pentingnya ukhuwah islamiyah ini. Sehingga akhir-akhir ini kita seringkali melihat berbagai berita berisi tentang perseteruan antar sesama umat islam hanya karena perbedaan pendapat. Padahal apabila kedua belah pihak bersedia untuk bermusyawarah maka sesungguhnya cara tersebut sudah lebih dari cukup untuk memecahkan suatu permasalahan maupun perselisihan.

Jamaah jumat yang berbahagia
Membangun persaudaran dan menebarkan kasih sayang kepada sesama manusia khususnya kepada sesama umat islam adalah kewajiban yang harus dilakukan. Sebab hal inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam dengan berpedoman pada al-Quran berikut ini:
1.    Asyiddaa-u ‘Alal Kuffaar, yaitu sikap tegas dan bila perlu keras tatkala menghadapi orang-orang kafir yang hendak mencelakakan islam, orang-orang yang secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi melawan Allah dan memusuhi kaum muslimin.
2.    Ruhamaa-u Bainahum. Yaitu sikap ramah dan kasih saying antar sesame muslim yang oleh para ulama digambarkan Kal waalidi ma’al waladi, seperti kasih saying seorang ayah kepada anaknya.
Sebagaimana kita ketahui, ikatan kasih sayang antara orang tua dengan anak itu benar-benar tulus, tidak dimotivasi oleh keinginan-keinginan untuk mendapatkan keuntungan materi atau balas jasa. Jika seorang anak memperoleh keberhasilan niscaya orang tua tentu ikut merasa bahagia. Sebaliknya apabila si anak mengalami kegagalan, orang tua tentu ikut merasakan kesedihan. Dan kalaupun suatu ketika terjadi perselisihan antar keduanya, insya Allah akan lebih udah diselesaikan dan dicapai perdamaian. Begitulah ukhuwah yang bukan imitasi.
Tetapi sayang, yang lebih sering terjadi justru sebaliknya. Tatkala berurusan dengan orang-orang kafir kita dapat bersikap lunak dan ramah, tetapi ketika berhadapan dengan saudaranya sesame muslim yang Nampak justru sikap acuh dan kaku. Kepada orang lain (kafir) kita tidak pernah berani membentak, tetapi terhadap saudarnaya sendiri sesame muslim acapkali menghardiknya.

Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah
Agar kita tidak terjebak ke dalam hal-hal yang kurang baik tersebut kiranya patut kita perhatikan pernyataan Syaikh Fudhoil, seorang ulama besar, yang perkataannya dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berikut ini:

نَظْرُ الرَّجُلُ اِلَي اَخِيْهِ بِالمَوَدَّةِ وَ الرَّحْمَةِ عِبَادَةٌ
“Memandang saudaranya (sesama muslim) dengan disertai rasa cinta dan sayang adalah suatu ibadah.”
Memang benar, dimuali dari sebuah pandangan akan terlahir rasa senang atau benci. Ketika pandangan itu diwarnai dengan rasa senang, ia akan tumbuh menjadi persahabatan dan kemudian berkembang menjadi persaudaraan. Tetapi tatkala sebuah pandangan diliputi leh rasa benci niscaya ia akan berubah menjadi perseteruan dan tidak mustahil pada gilirannya akan menjelma menjadi permusuhan. Na’udzubillaahi min dzalik.

Jamaah jumat yang dimuliakan Allah

Sekarang persoalannya, sudah mampukah kita memandang saudara sesama muslim bil mawaddati war rahmah? Jika jawabannya belum, kapan kiranya kita akan memulainya?
Untuk itu marilah kita belajar kepada Syaikh Bakar bin Abdullah Al-Muzui sebagaimana disebutkan Al-Ghazali dalam kitabnya, Tanbihul Mughtarrin, yang telah mengajarkan ilmu komunikaasi islam sebagai berikut:

“Jika kamu memandang orang yang lebih tua darimu, maka hormatilah dia, katakanlah dengan berterusterang bahwa dia lebih dahulu menyatakan islamnya, dan karenanya amal kebaikannya tentu lebih banyak daripada amalmu. Sebaliknya apabila kam memandang orang yang lebih muda daripada dirimu, maka hargailah dia, katakanlah di dalam hatimu, sungguh karena aku lebih tua dari kamu tentulah dosaku lebih banyak daripada dosamu.”

Jamah shalat jumat rahimakumullah

Pelajaran ini menuntun kita semua untuk selalu bersikap santun dan tawadhu’. Betapa tidak, di hadapan kita semua orang harus kita hormati dan kita hargai. Bukankah menghormati orang lain itu pada hakikatnya adalah menghormati diri sendiri ? Sebaliknya tidak menghormati orang lain apalagi meremehkannya berarti meremehkan diri sendiri pula. Dan jika yang kita remehkan adalah saudara sesame muslim, berarti kita telah melakukan sebuah keburukan.
Hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

... بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ المُسْلِمَ (رواه مسلم
“Cukuplah seseorang dianggap telah melakukan keburukan manakala ia meremehkan saudara sesama muslim.”
Oleh karena itu marilah kita senantiasa memohon taufiq dan hidayah kepada Allah SWT agar kehidupan kita dan segenap keluarga senantiasa dalam bimbingan dan ridha-Nya, dan kita semua disertakan ke dalam kelompok hamba Allah yang shalih dan muttaqin. Aamiin aamiin aamiin Ya Allah Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الفَائِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ. وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ العَظِيْم. اِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

5 komentar:

  1. alhamdulillah, dapat masukan ilmu islami yang baru lagi,, terima kasih info dan share nya mas...

    ReplyDelete
  2. Wah ga ikut shalat jumat pun bisa dapat ilmunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahh... di tulis ulang kah ini atau dicopas?

      Delete
    2. mbak nathalia: alhamdulillah
      mbak risah: saya ambil dri tulisan saya kumpulan khutbah jumat :)

      Delete