Thursday, November 19, 2015

Filled Under:

Mengenal Istilah Waliyullah atau Wali Allah dalam Islam

www.majeliswalisongo.com - Mengenal Istilah Waliyullah dalam Islam - Di dalam islam ada istilah wali atau Waliyullah. Lantas apa sesungguhnya arti dan penjelasan tentang hal ini? Nah, sebelumnya marilah kita merenungkan dua ayat al-Quranul Karim berikut ini yang terkait dengan waliyullah:

Allah berfirman dalam al-Quran: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tida (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Q.S. Yunus: 62-63).

Dalam ayat di atas secara jelas telah disebutkan tentang istilah waliyullah atau wali-walinya Allah, yang sifat mereka yaitu tiada rasa khawatir dan sedih hati dalam diri mereka. Selain itu juga disebutkan bahwa selain memiliki sifat tersebut, para waliyullah ujuga orang yang digambarkan sebagai orang-orang yang senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah. 

Secara bahasa dapat kita jelaskan bahwasanya Waliy artinya dekat, sedangkan secara istilah waliyullah adalah orang yang dekat dengan Allah, yang mana kedekatan ini ditunjukkan dengan secara ikhlas dan penuh keimanan menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah bahkan hingga larangan terkecil pun dijauhi oleh mereka sebagaimana mereka menjauhkan tangan mereka dari jilatan api yang menyala-nyala. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa waliyullah itu orang yang sangat dekat kepada Allah, dicintai Allah, dan sangat jauh dari perbuatan dosa. 
Di antara para Auliya Allah di zaman Akhir Zaman ini

Waliyullah senantiasa identik dengan para hamba Allah yang mampu menjaga lisan dan hati mereka dari dzikrullah sehingga tidak ada kesibukan dalam hidupnya untuk menggunjing dan mengurusi kejelekan orang lain. Mereka bahkan tidak menyimpan sesuatu dalam hatinya kecuali untuk Allah semata, sehingga ia tidak pernah mencela Allah, dan sebaliknya mereka senantiasa ridha kepada setiap keputusan Allah yang ditetapkan kepada dirinya. Ketika sehat, maka mereka merupakan orang yang sangat ahli bersyukur. Demikian pula ketika sakit, mereka juga merupakan orang yang pandai bersyukur. Rasa syukur mereka tidak berkurang ketika mereka memandang hal atau keadaan dirinya dalam kondisi apapun. Mereka tidak pernah mengeluh ketika kebutuhan duniawi mereka sedang sempit, demikian juga mereka tidak pernah terlena ketika kebutuhan dunia mereka lebih dari cukup. Tiada rasa takut dan rasa sedih untuk meratapi kehidupan dunia, karena bagi mereka kehidupan dunia tidak pantas untuk diratapi. Allah telah memberikan bagian yang sangat adil, dan karenanya mereka menjadi hamba yang sangat bersyukur dan mampu memakrifati keadilan Allah hingga sangat dalam sekali. (Baca pula: Ngaji Al-Hikam: Makrifat Kepada Allah).

Waliyullah merupakan orang-0rang yang sangat dicintai oleh Allah dan karenanya kita dilarang untuk menunjukkan ketidaksenangan kepada mereka terlebih lagi memusuhi mereka. Dalam  sebuah hadist qudsi secara jelas Rasulullah bersabda, yaitu dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang memusuhi waliKu (kekasihKu) maka Aku nyatakan (umumkan) perang kepadanya." (HR. Bukhari).

Dari hadist di atas secara jelas disebutkan bahwasanya Allah tidak ridha kepada siapapun yang memusuhi waliyullah atau kekasih Allah. Bahkan saking tidak ridhanya, Allah berfirman bahwa orang yang memusuhi waliyullah sama saja dengan menabuh genderang perang dengan Allah, yang tentu saja tidak ada suatu apapun di semesta ini yang mampu menandingi kebesaran dan kuasa Allah ta'ala. Inilah dalil yang secara jelas menyebutkan bahwa waliyullah itu merupakan orang-orang yang mendapatkan kemuliaan dan penerimaan di sisi Allah, yang mana kita harus hormat dan memuliakan mereka, sebab dengan menghormati dan memuliakan mereka berarti sama dengan memuliakan Allah, sebaliknya apabila memusuhi mereka sama saja dengan memusuhi Allah.Selain itu, hadist di atas juga secara tidak langsung mengajak kita untuk selalu berbaik sangka dan berperilaku sebaik-baiknya kepada setiap muslim, dan jangan sekali-kali kita memusuhi orang muslim dan mukmin, sebab kita tidak tahu bisa saja muslim yang kita musuhi itu adalah waliyullah, yang artinya tanpa sadar kita sedang mengumandangkan perang dengan Allah. Dan perlu kami jelaskan pula bahwasanya wali itu juga dapat bermakna mukmin, sehingga apabila istilah wali yang dikehendaki dalam hadist di atas adalah mukmin maka secara mutlak kita tidak boleh memusuhi seorang mukmin pun di muka dunia ini, atau kita akan dimurkai Allah. 

Kemudian terkait dengan karomah, maka waliyullah itu ada yang diberikan anugerah oleh Allah berupa karomah namun ada pula yang tidak memiliki karomah. Kemudian pertanyaannya, mana yang derajatnya paling baik ? Punya karomah atau yang tidak punya karomah? Menurut Imam Ghazali, seorang wali yang tidak punya karomah itu lebih besar daripada yang memiliki karomah. (Baca juga: Dua Doa Pesan Gusmiek Untuk Umat Islam).

Di masa sahabat, para sahabat yang memiliki karomah masih sangat sedikit. Tercatat yang memiliki karomah di antara sahabat adalah sayyiduna Abu Bakar Sidiq, Sayiduna Umar bin Khaththab, dan beberapa sahabat lainnya. Padahal kita mengetahui bahwa kedudukan para sahabat nabi ini di atas para waliyullah yang derajatnya tidak dapat dicapai oleh para generasi sesudah mereka, baik dari kalangan tabiin, tabiut tabiin apalagi di zaman setelah itu. Bahkan saking tingginya kedudukan para sahabat rasul, hingga Maulana al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, Wali besar dan pengarang kitab Maulid Simtuth Duror, menjelaskan bahwasanya tidak ada kedudukan di bawah nabi kecuali kedudukan para sahabat nabi. Selain itu Maulanal Imam al-Habib Abdurrahman Assegaf menjelaskan bahwasanya beliau tidak akan melebihkan satu orang di atasnya para sahabat Rasulullah kecuali ada satu nas hadist yang memang mengatakan demikian, seperti contoh hadis yang meriwayatkan tentang seorang tabi'in yang bernama Uwais Al-Qarni yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam sebagai sebaik-baik tabi'in. Karena itu, sebagai muslim yang beriman kepada Allah dan rukun iman lainnya, janganlah sekali-kali kita membenci sahabat walaupun kebencian itu hanyalah setitik, sebesar ujung jarum sekalipun.

Sebagai penutup, marilah kita merenungkan dawuh dan untaian kata-kata mutiara yang sangat berharga dari Maulana Al-Mursyid Al-KamilAl-Habib Luthfi bin Ali Bin Hasyim bin Yahya berikut ini:
  1. Allah menciptakan orang-orang yang diangkat menjadi pewaris baginda nabi Saw semuanya diberikan fadhoil (keutamaan), antara satu dan lainnya tidak sama, status wali sama tapi fadhoil mereka berbeda, karena keagungan Allah amatlah besar.
  2. Zaman sekarang wali tidak bisa ditukar, bukan di takar pendapat sendiri, ukuran talinya para wali kiloan meter, tapi yang sudah merasa hebat mencoba mengukur pakai penggarisan, ilmunya para wali yang kiloan meter dikur dengan penggaris yang cuma empat puluh centimeter, nggak bakal nyampai."
  3. Para wali kalau sudah semakin dekat hatinya menjadi hidup, sehingga kalau sudah semakin dekat mereka menemukan dan mengamalkan apa yang disebut dalam hadist nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beribadahlah seolah-olah engkau melihatNya atau jika tidak bisa, bayangkan seolah-olah dirimu sedang diawasi olehNya."
  4. Para auliya berhasil melawan nafsunya, semakin terbuka hijabnya, semakin dekat kepada Allah, justru dia semakin fakir, semakin miskin, sadar kalau shalat, bacaan al-Qurannya, ibadahnya tidak memberi pengaruh apapun kepada Allah, nek coro jowone nglabeti. (Baca pula: Ketika Doa Tidak Kunjung Diijabah Allah).



2 komentar:

  1. sangat bermanfaat kang santri buat saya amankan, apali mengenal sejarah para wali kang :)

    ReplyDelete