Thursday, December 24, 2015

Filled Under:

Khutbah Jumat: Shalat Sebagai Ibadah yang Paling Agung

www.majeliswalisongo.com - Khutbah Jumat: Shalat Sebagai Ibadah yang Paling Agung - Berikut ini kami sajikan teks khutbah jumat dengan judul "Shalat sebagai Ibadah yang Paling Agung".


SHALAT IBADAH YANG PALING AGUNG

الحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ الإِنْسَانَ عَلَّمَهُ البَيَان وَ الَّذِي خَلَقَ المَوْتَ وَالحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَه. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. قَالَ تَعَالَي:  الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ. وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. أُوْلَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sidang jumat yang dirahmati oleh Allah
Salah satu ibadah utama yang tidak akan pernah lepas oleh seorang mukmin di setiap hari dalam kehidupannya adalah shalat. Ibadah ini merupakan suatu keniscayaan yang tidak boleh tidak harus melekat pada kepribadian umat islam. Karena itulah Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Shalat itu adalah tiang agama. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia pun meninggalkan agama.”Apabila dibandingkan dengan ritual ibadah lainnya, maka ibadah shalatlah yang paling sempurna. Kesempurnaan shalat ini misalnya didukung dengan kewajiban berwudhu terlebih dahulu sebagai sarana bersuci. Dan kita jangan mudah menyangka bahwa wudhu hanyalah suatu ritual yang biasa saja. Sebaliknya, berwudhu merupakan ibadah yang amat penting sebagai awal melakukan ibadah yang lebih penting lagi yaitu shalat. Mengenai wudhu ini, Rasulullah pernah bersabda sebagai berikut:
“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan  putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya, maka kerjakanlah itu.” (HR. Bukhari Muslim).
Muhammad Muhyidin dalam bukunya Misteri Energi Wudhu menyatakan bahwa atas ketidaktahuan-ketidahtahuan ini, tidaklah heran apabila sebagian kaum muslimin tidak memiliki cahaya dan kegembiraan batin, padahal cahaya dan kegembiraan itu dilahirkan oleh wudhu. Menurut beliau, wudhu diumpamakan dengan cahaya, sehingga ketika seseorang memiliki wudhu dalam tidurnya, ia dianggap seperti berjaga pada malam hari.
Apalagi dalam ibadah shalat, menurut Prog. Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, shalat merupakan seteguh-seteguh shilat (perhubungan) yang menghubungkan makhluk manusia dengan Khalik-nya. Shalat sebagai media untuk bermunajat dan berdialog mesra kepada Allah ta’ala.
Jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah ta’ala
Shalat bukanlah tujuan, akan tetapi ia merupakan alat untuk mencapai tujuan, yakni bermakrifat atau mengenal Allah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah berikut ini:
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالإِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56).
Berdasarkan ayat di atas, para ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud perintah beribadah dalam ayat tersebut tidak lain bermakrifat kepadaNya yang identik dengan wushul Ilallaah atau sampai kepada Allah. Oleh karena itu shalat bagi mukmin sejati merupakan suatu kebutuhan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Jika ibadah shalat dikerjakan secara istiqamah dan khusyuk, berdasarkan pandangan para ulama akan menghasilakn out put (produk) yakni:
1.    Suatu proses usaha untuk menundukkan hawa nafsu (mujahadah)
2.    Menghilangkan kekuatan-kekuatan alamiah, yakni melalui pengukuhan terhadap kemegahan dan kebesaran Allah yang mencakup pula pembinasaan semua yang selain Allah
3.    Kesucian hati nurani, yakni hanya dengan cinta dan taat kepada Allah ta’ala. Aplikasi atau amaliyahnya adalah ketakwaan, yakni mengerjakan perintah Allah ta’ala, seraya menjauhi larangan-Nya
4.    Musyahadah yang sempurna, yakni dengan kesucian hati nurani. Musyahadah, berarti seseorang selalu mengenang (mengingat dalam dzikrullah) dalam kehidupan sehari-harinya.
Tentu akan terasa indah jika kaum beriman mengantongi empat produk shalat tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Jika hati seseorang hanya tertuju kepada Allah semata, masih adakah korupsi di perkantoran ? jika hati seseorang bersih dari penyakit-penyakit hati atau sifat-sifat buruk, masih adakah prasangka-prasangka buruk kepada sesama manusia ? Jika hati seseorang senantiasa bermusyahadah kepadaNya, masih adakah kebahagian yang lebih tinggi dari itu ?
Jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah
Beruntunglah umat islam memilik kesempatan emas untuk menjalankan ibadah shalat kepada Allah ta’ala. Sebab ibadah shalat merupakan cara paling nyata dari sikap mensyukuri nikmat Allah yang tiada tara jumlahnya kepada kaum muslimin secar khusus dan umat manusia secara umum. Selain itu, shalat juga merupakan obat penaawar dari penyakit hati dan kerusakan jiwa. Shalat juga merupakan  cahaya yang dapat menghilangkan kegelapan akibat perbuatan dosa dan kesalahan.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bagaimana pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan rumah kalian yang dipakai untuk mandi lima kali dalam sehari, apakah masih tersisa kotoran walaupun hanya sedikit ?” Mereka menjawab, “Pasti tidak ada sedikitpun kotoran yang tersisa.” Nabi lantas melanjutkan sabdanya, “demikian pula perumpamaan shalat yang dengannya Allah akan menghapuskan semua kesalahan.” (HR. Muttafaq Alaih).
Ibadah shalat merupakan merupakan cerminan tingkat ketakwaan dan keimanan seseorang. Sebab salah satu prasyarat utama yang mesti dipenuhi bagi mereka yang ingin menggapai ketakwaan di sisi Allah ta’ala adalah dengan melaksanakan shalat. Allah berfirman dalam al-Quran:
الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ. وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. أُوْلَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
 “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,  (yaitu) mereka yang beriman  kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.  Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-baqarah: 1-5).
Melalui ayat di atas dapatlah ditarik penjelasan lebih lanjut bahwasanya mendirikan shalat merupakan syarat utama menggapai derajat muttaqin atau derajat orang yang bertakwa di sisi Allah ta’al, yakni mereka yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah ta’ala
Di akhir khutbah jumat ini, sekali lagi saya mengajak kepada diri saya pribadi dan kepada para jamaah semuanya agar senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas shalat sebagai cara beribadah atau menyembah Allah ta’ala. Harapannya, semoga ibadah kita tersebut mendapatkan penerimaan dari Allah sehingga kita menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Amiin Aamiin aamiin Allaahumma aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْاَنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن


2 komentar:

  1. Khutbah jumat memang ibadah yang paling membuatkan hati disaat ketika khatib memaparkan beberapa suri tauladan yang baik ya kang :)

    ReplyDelete