Tuesday, December 8, 2015

Filled Under:

Definisi Tasawuf Lengkap beserta Penjelasannya

www.majeliswalisongo.com - Definisi Tasawuf Lengkap beserta Penjelasannya - Pada ulasan sebelumnya, kita telah sedikt mengulas perihal ikhlas sebagai bagian inti dari amal, sehingga dikatakan oleh para sufi atau ahli tasawuf, bahwasanya ikhlas merupakan ruh dari amal itu sendiri. (Lihat: Al-Hikam: Ikhlas adalah Ruh Amal). Selanjutnya, pada kesempatan kali ini admin ingin mengajak untuk sedikit kembali lagi ke awal perjalanan tasawuf kita yang sebetulnya bukan sebagai bentuk membelok ke belakang, akan tetapi lebih sebagai upaya admin untuk mengajak kita merenungi kembali wacana-wacana awal seputar tasawuf, khususnya terkait dengan definisi dan penjelasan tasawuf itu sendiri dengan harapan bahwa pencerahan yang telah kita dapatkan pada tahap-tahap perjalanan ruhani selanjutnya tetap dapat tercerahkan dan sesuai dengan cita-cita awal, tidak membelok atau mencari arah lain yang tentunya sama saja kita masuk ke dalam "kerawanan spiritual" dan itu tentu saja merupakan sesuatu yang tidak kita harapkan. nah. Mari kita pada kesempatan kali ini kita merenungi definisi dan penjelasan dari tasawuf itu sendiri. Selamat menikmati
Sufi dan Tasawuf

Asal Muasal Kata Tasawuf atau Tashawwuf

Para ahli tasawuf sampai detik ini masih saya berbeda pendapat seputar definisi tasawuf itu sendiri. Diantara pendapat yang ada mengatakan bahwasanya tasawuf berasal dari kata atau term berbahasa Arab yaitu at-Tashawwuf yang merupakan bentuk masad atau kata kerja yang dibendakan dari fi'il khumasi atau kata kerja dengan lima huruf dasar yaitu tashawwafa, yang dibentuk dari kata shawwaffa yang memilik arti wol. Dari kata inilah kemudian lahir sebutan shufi untuk menyebut orang islam yang menjalani kehidupan sufistik atau menggeluti dunia tasawuf secara totalitas. 

Namun pendapat di atas hanyalah sebagian kecil dari pendapat-pendapat lain yang bermunculan. Pendapat di atas tidak begitu saja disetujui dan ditelan mentah-mentah oleh para ulama tasawuf, bahkan pendapat di atas juga mendapatkan sanggahan dan tidak disetujui oleh sebagian ahli tasawuf. Adapun pendapat lain tentang pengertian tasawuf atau yang terkait dengan sufi, diantaranya sebagai berikut:
  1. Para sufi itu pengetiannya dikaitkan dengan ahl ash-Shuffah, yakni sekelompok sahabat rasulullah yang sangat ahli ibadah yang tinggal di serambi masjid di Madinah (masjid nabawi). Keberadaan dan kegiatan para sahabat ahl ash-Shuffah yang mencurahkan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah inilah yang kemudian menginspirasi para ulama kemudian untuk mengikuti langkah dan jejak mereka sehingga istilah sufi seringkali dikaitkan dengan keberadaan ahl ash-Shuffah ini. Namun pendapat ini juga ada yang menentangnya. 
  2. Ada pula yang berpendapat bahwasanya istilah sufi dikaitkan dengan orang-orang muslim yang berada di shaf terdepan dalam shalat. Dan pendapat ini juga banyak yang menentangnya. 
  3. Ada pula yang berpendapat bahwasanya para sufi adalah orang-orang muslim yang berasal dari keturunan Ahl Ash-Shuffah. Pendapat ini juga banyak ditentang.
  4. Ada pula yang berpendapat bahwa istilah sufi disandarkan pada sufanah, yaitu sejenis sayuran yang biasa dikonsumsi oleh kaum sufi. Pendapat ini banyak ditentang ulama
  5. Ada pula yang berpendapat bahwa sufi adalah sebutan yang dikaitkan kepada shufatul qafa, yaitu rambut yang tumbuh ditengkuk. Pendapat ini juga banyak ditentang ulama.
  6. Ada pula yang berpendapat bahwa sufi merupakan bagian dari kata dalam bahasa Yunani sofos yang mengalami perubahan dan pendekatan antara theosophie dan tashawwuf. Sebagian ahli seperti Noeldeke menolak pendapat ini. Menurutnya, huruf "s" dalam bahasa Yunani itu ditulis dalam bahasa Arab juga dengan huruf sin, bukan huruf Shad. Bahkan menurutnya, kata tersebut juga tidak berasal dari bahasa Aramiyah, yang menjadi perantara dalam evolusi dari sofos (Yunani) kepada ash-Shufi dalam bahasa Arab. 
  7. Ada pula yang berpendapat bahwa kata sufi merupakan musytaq atau bentukan derivatif dari kata shafiyyun yang bermakna bersih. Sebagian ulama berpendapat bahwa maksud dari kata ini adalah bahwa hal itu terkait dengan kesucian hati para ahli tasawuf, kelapangan dada mereka dan kerelaan mereka terhadp apa yang Allah berikan kepada mereka. Saat bermunajat kepada Allah, mereka terbebas dari kesibukan kesibukan duniawi yang fana. Mereka juga terbebas dari noda-noda jahiliyah, berkat ilmu pengetahuan yang dibukakan oleh Allah ta'ala. Makna yang terakhir ini sudah dipergunakan sejak abad ke-8 maseih, disamping kata sufi yang bermakna ahli ibadah yang selalu memakai pakaian wol. Pendapat bahwa sufi terkait dengan makna bersih ini banyak dianut ulama tasawuf walaupun ada pula yang tidak sependapat. 
Menurut Noeldeke, kata Ash-Shufi masuk sebagai kosa kata pertama kali dalam sejarah yaitu paada paruh kedua abad ke delapan masehi, ketika dipergunakan oleh Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai seorang kimiawan atau ahli bidang kimia dari Kuffah yang bermadzhab Syi'ah dan memilih untuk menjalani kehidupan sebagai seorang yang zuhud terhadap gemerlapnya duniawi. Selain itu kata sufi juga diperkenalkan oleh seorang sufi terkenal yaitu Abu Hasyim Al-Kufi. 
 
Berkonsentrasi pada agama dan zuhud pada dunia merupakan hal biasa yang bisa diamati di kalangan muslimin generasi awal islam. Mereka tidak membutuhkan adanya sifat yang membedakan antara ahli takwa dengan ahli ibadah di dalam ketaatan dan dalam mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah.
 
Tokoh-tokoh mereka pada generasi pertama pun hanya disebut sebagai orang-orang yang menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena tiada yang lebih utama daripada mereka dan mereka pun disebut sebagai sahabat. Sedangkan untuk generasi kedua diberi nama sebagaimana orang yang bersahabat dengan sahabat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni tabi'in. Tatkala tersebar luas paham yang berkonsentrasi pada dunia, di abad kedua dan setelahnya dan manusia mlai banyak merendahkan diri untuk ikut berebut perhiasan dunia, maka orang-orang khusus yakni  yang sangat menjaga perintah agamanya disebut sebagai zuhad atau orang-orang zuhud dan ubad atau orang-orang yang ahli ibadah. 

Kemudian muncullah firqah-firqah dalam islam. Masing-masing firqah mengklaim bahwa di kelompok mereka terdapat orang-orang zuhud dan ahli ibadah. Pada saat itu, orang-orang kalangan ahlussunnah wal jamaah yang berkonsentrasi untuk beribadah disebut sebagai sufi adan ahli tasawuf. Sebutan ini menjadi terkenal sebelum tahun dua ratus hijriyah. Sebuah nama baru yang muncul setelah masa sahabat dan tabi'in. 

Sebagian ulama berkata, "Sebenarnya nama ini telah dikenal di dalam ajaran islam sebelum itu. Bahkan sebagian mereka berpendapat bhwa nama tersebut adalah lafadzh jahiliyah yang telah dikenal bangsa arab sebelum munculnya islam. Namun pendapat ini banyak ditentang khususnya oleh ahli tasawuf itu sendiri. Sebab tiadak ada keterkaitan sama sekali antara ajaran tasawuf dengan ajaran jahiliyah. Dan ini merupakan pendapat yang bisa dikatakan ngawur.

Abu Nashr Abdullah bin Ali As-Sarraj ath-Thusi yang wafat pada tahun 378 hijriyah atau 988 maseih memberikan pernyataan sebagai berikut di dalam kitabnya, al-Luma':

"Adapun orang yang mengatakan bahwa sufi itu adalah istilah baru yang dibuat oleh orang-orang baghdad adalah mustahil. Karena di zaman Hasan al-Bashri (wafat tahun 110 hijriyah atau 728 masehi) telah dikenal istilah ini. Sedangkan Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia pernah berkata, "Aku melihat seorang sufi ketika thawaf, lalu aku memberinya sesuatu tetapi dia tidak mau menerimanya seraya berkata, "Aku mempunyai empat dawaniq atau dua pertiga dirham, harta ini cukup bagiku."

Diriwayatkan pula bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah yang wafat pada tahun 161 hijriyah atau 777 masehi, disebut-sebut sebagai orang yang pertama menyandang gelar sufi. Beliau berkata, "Kalaulah tidak karena Abu Hasyim Ash-Shufi (wafat tahun 773 masehi) niscaya aku takan akan mengenal rahasia sifat riya'.

Ibnu Taimiyah berkata dalam kitabnya Ash-Shufiyyah wal-Fuqara sebagai berikut:

"Kata sufi tidak dikenal di abad ke tiga, akan tetapi orang terbiasa memperbincangkannya setelahnya. Kata tersebut dipopulerkan oleh beberapa imam dan syaikh-syaikh yang terkemuka seperti Imam Ahmad bin Hanbal (wafat tahun 241 hijriyah atau 855 masehi), Abu Salman Ad-Darani atau Abdurrahman bin Ahmad bin 'Athiyyah Az-Zahid (wafat tahun 215 hijriyah atau 830 masehi). Diriwayatkan bahwa sufyan ats-Tsauri juga memperbincangkannya. Sebagian mereka menyebutkan hal itu dari Imam Hasan Al-Bashri."
 
Lafadz sufi dan mutashawwif dalam hal penunaian perintah agama, sinonim dengan kata Zahid, Abid, dan Faqir. Di dalam lafadz ini makna yang terkandung adalah meningkatnya kesungguhan melindungi perintah agama dan menjaga hukum-hukum syariat. Dalam risalah Qusyairi terdapat pernyataan dari Abu Hamzah al-Baghdadi, sebagai berikut:
 
"Tanda sufi yang benar adalah ia berseda hidup fakir sesudah mengalami hidup kaya raya, bersedia hidup terhinda setelah mengalami hidup dalam keadaan mulia, menyembunyikan diri setelah mengalami kemasyhuran dunia."
 
Demikianlah sedikit pembahasan kita mengenai pengertian sufi dan Tasawuf. Semoga memberikan sedikit pencerahan. aamiin. 


 

4 komentar:

  1. penjelasannya jelas sekali, jadi lebih ngerti (dikit) makna tasauf

    ReplyDelete
  2. dulu ada guru yg sering ngebahas tentang sufi... dulu mah ga ngerti :D

    ReplyDelete