Sunday, March 13, 2016

Filled Under:

Pengertian Muraqabah Menurut Imam Qusyairi dan Abdul Aziz Ad-Daraini

Definisi Muraqabah/Muroqobah - Pengertian dan Penjelasan Muraqabah/Muroqobah dalam Ilmu Tasawuf - Definisi Muraqabah/Muroqobah Lengkap - Secara harfiyah muraqabah adalah awas mengawasi atau berintai-intaian. Dalam dunia tasawuf, terdapat satu tingkatan spiritual yang bernama tingkatan muraqabah. Tingkatan muraqabah ini bersumber dari ajaran ihsan yang biasa diartikan sebagai suatu keadaan dimana sesorang ketika beribadah seakan-akan harus punya keyakinan bahwa Allah pasti melihatnya. Adapun muraqabah sendiri sesungguhnya mengambil bagian dari intisari ajaran ihsan tersebut yaitu tentang pengawasan Allah terhadap manusia. 

Menurut para ulama tasawuf, muraqabah memiliki definisi yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut:

Menurut Imam Qusyariri dalam kitabnya yang berjudul Ar-Risalah Al-Qusyairiyah, muraqabah adalah 

المراقبة علم العبد باطلاع الرب سبحانه وتعالي

"Al-Muraqabah ilmul Abdi bith thilaa'irrabbi subhaanahu wa ta'ala", 

yang dapat diartikan muraqabah adalah bahwa hamba tahu sepenuhnya bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melihatnya." (Lihat Pula: Makna Lembah-Lembah dalam Tasawuf Athar).

Menurut Sayyidi Asy-Syaikh Abdul Aziz Ad-Daraini dalam kitab Thaharatul Qulub, Muraqabah adalah tahu bahwa sesungguhnya Allah mendengar, mengetahui dan melhatnya

( العلم بأن الله يسمع و يعلم ويري )  
Al-Ilmu biannallaha yasma' wa ya'lam wa yara.

Dari kedua definisi di atas, dapat kiranya kita simpulkan mengenai dfinisi muraqabah ini, bahwa muraqabah adalah suatu keadaan seseorang yang meyakini dngan sepenuh hati bahwa Allah ta'ala senantiasa melihat dan mengawasi dirinya dan seluruh semesta ini. Satu keyakinan ini sudah barang tentu harus menancap dan mendarah daging di dalam lubuk sanubari setiap hamba, sebagai bagian dari keadaan jiwanya.

Setiap hamba akan tahu sepenuhnya bahwasanya Allah merupakan Dzat satu-satunya yang Maha Mengetahui secara menyeluruh seluk-beluk dari semua sisi kehidupan makhluk di jagad ini. Tidak ada satu pun makhluk di kolong langit ini yang lepas dari kontrol dan pengawasan Allah ta'ala. Cuma apakah semua makhluk terutama manusia menyadari sekaligus merasa bahwa mereka senantiasa dalam pantauan Allah ta'ala ? kelalaian kebanyakan manusia bahwa mereka selalu dalam pengawasan Allah inilah yang sesungguhnya ingin diingatkan kembali oleh ajaran tasawuf dalam ajaran muraqabahnya. Lewat ajaran muraqabah nantinya akan menanamkan suatu sifat yang menancap di jauh kedalaman hatti bahwa Allah senantiasa melihat, mengawasi, memantau dan senantiasa meneliti kita kapanpun dan di manapun. Tak ada waktu yang lewat bahkan sedetikpun yang terlepas dari penglihatan Allah ta'ala. Tidak siang dan tidak pula malam, tidak pagi dan tidak sore. Semua perjalanan roda waktu yang bergulir selalu tak lepas dari pandangan Allah. Di manapun kita bertempat pasti selalu terlihat. Di daerah mana kita tinggal Allah pasti mengenal. Di negeri mana kita berdomisili selalu pasti Allah mengintai. Tidak ada yang tersembunyi di balik pandangan Allah. Di daratan, di puncak gunung, di dasar lembah, di gurun, dan dimanapun jua. Tak juga di dasar lautan. Bahkan sekalipun di dalam relung hati yang paling dalam, Allah pasti mengetahuinya. Tidak ada yang menjadi rahasia di balik pendengaran Allah. Suara gelegar, lirih dalam bisik, desah dalam nafas, bahkan greget niat dalam hati yang belum sempat terucap. Begitu Maha Mengetahuinya dan Maha Mendengarnya Allah, hingga tiada waktu dan tempat yang kita dapat lari dan bersembunyi di dalamnya dari pengawasan Allah.

Al-Qusyairi pernah menuturkan sebuah kisah tentang muraqabah ini dalam kitabnya sebagai berikut:

"Pada suatu hari ada seorang guru sedang menguji di antara beberapa muridnya tentang muraqabah ini. Dalam pengajian itu, Syaikh memberikan pada masing-masing muridnya sekor burung dan disuruh untuk memotong di suatu tempat yang tiada siapapun yang melihatnya. Maka pergilah murid-murid tersebut melaksanakan perintah gurunya untuk memotong burung yang ada di bawah masing-masing di suatu tempat yang dianggap tiada siapapun yang melihatnya. Tak lama kemudian murid-murid itupun kembali kepada guru mereka dengan masing-masing membawa burung yang sudah terpotong. Namun, ada salah seorang murid yang masih membawa burungnya dalam keadaan hidup. Maka syaikh itu pun menegur dan bertanya, "Mengapa tidak dipotong burungnya?"

"Tuan guru menyuruh saya untuk memotong burung ini di suatu tempat yang tidak terlihat oleh siapapun. Saya tidak menemukan tempat tersebut, Tuan. Tiada suatu tempat pun di dunia ini yang lepas dari penglihatan Allah," Jawab salah satu muridnya itu. (Lihat Pula: Kaifiyah Taubatan Nasuha).

Mendengar jawaban tersebut, syaikh ittu mengetahui bahwa murid tersebut itulah satu-satunya yang sudah mengetahui sekaligus menghayati tentang muraqabah, yakni merasa selalu diawasi dan dilihat oleh Allah di mana dan kapanpun juga.

Oleh: Ustadz Arifin.

Baca Artikel Menarik Lainnya:
  1. Definisi Muatabah dalam Ilmu Tasawuf
  2. Baiat Thariqah dan Silsilah Thariqah
  3. Definisi Syariat dalam Ilmu Tasawuf


3 komentar: